batak itu keren

Pleidoi Seorang Batak Muslim

Posted on: 21 Desember, 2008

JUDUL di atas mungkin akan menimbulkan keheranan bagi para pengunjung blog ini, terutama yang sepaham denganku bahwa Batak adalah satu—tanpa dibeda-bedakan ( dan dipisahkan ! )  oleh subetnis, kedaerahan, dialek, agama dan lain-lain. Aku sengaja mencantumkan istilah “Batak Muslim”, menyesuaikan dengan konsepsi diri penulis artikel “Menuduh Orang Batak” yang aku kutipkan dalam postingan ini.

Artikel tersebut ditulis oleh Nirwansyah Putra di blog miliknya : nirwansyahputra.wordpress.com; sebagai reaksi terhadap tudingan kepada etnis Batak akibat kehebohan yang ditimbulkan oleh lapotuak.wordpress.com. Nirwan yang konon marga Panjaitan ini, setahu aku, tidak pernah menampilkan diri sebagai orang Batak dalam interaksi di dunia maya. Tulisan-tulisan di blognya pun hanya sedikit mengenai etnis Batak, dan yang sedikit itu cuma mengenai “Batak Muslim”.

Bagi yang merasa lega dan bangga atas kiprah “Batak Muslim” seperti Toga Nainggolan, Jarar Siahaan, Syahrul Hanafi Simanjuntak, Srikandini Pohan, Ucok Lubis, dan banyak lagi yang lain; Nirwansyah adalah gambaran yang sangat bertolak belakang. Nirwansyah baru menyatakan diri sebagai Batak (baca : Batak Muslim) ketika dia merasa kebatakan yang melekat dalam dirinya membuatnya dicurigai, dituding dan disudutkan.

Aku tidak berniat menyerang Nirwansyah. Menurutku dia adalah seorang yang jujur sebagai seorang penulis atau blogger. Lagi pula, kita tidak berhak meminta dia harus seperti Toga Nainggolan, yang sejak lahir sudah menjadi muslim, namun tetap bangga dengan karakter dan jati dirinya sebagai manusia Batak; bahkan jago gondang pula.

Nirwansyah dan tulisannya sengaja aku kemukakan di sini untuk menyadarkan kita, bahwa impian mewujudkan “Batak Reunion” itu sangat-sangat sulit, karena “penyakit” segregasi yang menggerogoti Bangso Batak sudah akut betul. Faktor politik dan dinamika sosial telah membuat pemisahan (penyangkalan!) menjadi terasa lebih realistis ketimbang reunifikasi.

Horas Bangso Batak,

Raja Huta

Menuduh Orang Batak

Oleh : Nirwansyah Putra Panjaitan

Blog bertajuk lapotuak.wordpress.com jelas adalah sebuah tuduhan paling menyakitkan yang diterima suku bangsa Batak soal komik penghina Nabi Muhammad. “Orang Batak” seolah-olah menjadi tersangka utama dalam kasus itu. Ada dua senjata yang langsung diarahkan yaitu primordialisme dan agama. Dua-duanya masuk kriteria titik utama untuk mengobarkan peperangan: SARA.

Saya kira ini berdasarkan asumsi tak beralasan yang masih dihinggapi segelintir orang, yaitu mengidentikkan antara “batak” dengan agama non muslim. “Lapotuak” itu memanglah istilah batak namun mengindentifikasi Batak menjadi nonmuslim adalah kesalahan yang sangat-sangat besar. Beberapa saat yang lalu, sebuah blog dikabarkan memposting sebuah tuduhan bahwa yang membuat dan menyebarkan komik penghina nabi Muhammad itu adalah suku bangsa Batak. Yang kena tuduh langsung meradang dan mengancam memperkarakan. Akhirnya, postingan itu dicabut.

Belum ada bukti kalau tersangka komik penghina nabi Muhammad itu adalah orang Batak dan beragama non muslim. Namun, persangkaan itu tumbuh, saya kira, karena masih adanya identifikasi batak=tak Islam. Sekali lagi itu tak benar.

Soal itu memang merisaukan. Abang-abang senior saya, sejak lama membikin organisasi “Persatuan Batak Islam”. Saya mengira ini adalah semacam perlawanan terhadap stigmatisasi orang Batak ke hanya satu agama tertentu saja. Tidak hanya terhadap “batak tak islam”, namun juga terhadap persangkaan negara, suku bangsa lain dan seluruh masyarakat terhadap definisi “Batak”.

Dalam kenyataannya, ada tiga “agama” yang dominan dipeluk oleh suku Batak: Islam, Kristen dan Parmalim. Untuk yang terakhir ini, seorang dosen saya memasukkan “parmalim” dalam kriteria agama. Masuknya Parmalim dalam “aliran kepercayaan” dinilai hanyalah sebuah metode dari pemeluk agama ini agar tidak diberangus dalam “Pancasila” yang hanya mengizinkan lima agama di Indonesia yaitu Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu dan Buddha. Dengan masuk sebagai aliran kepercayaan, maka parmalim tidak akan diberangus oleh pemerintah. Tap MPR soal aliran kepercayaan ini, seperti yang bisa diduga, dibikin di zaman Soeharto.

Dulu sempat terjadi di masyarakat, kalau seseorang Batak tak akan diterima di pemukiman muslim. Itu karena stigma “batak=tak islam” ini. Itu merisaukan betul, karena stigma itu kemudian menyebar sampai ke ranah sosiologis, politik ekonomi dan budaya. Orang Batak yang beragama Islam dicurigai “tak benar Islamnya” ataupun “muallaf alias baru masuk Islam”. Kebalikannya, orang Batak yang Islam dianggap “murtad” dari ke-Batak-annya alias sudah tak Batak lagi. Orang Batak Islam kemudian menjadi kaum yang dipinggirkan.

Padahal, orang Batak yang sejak lahir sudah beragama Islam sudah tak terhitung lagi banyaknya. Bahkan, banyak orang Batak yang menjadi penyebar, pendidik, ustadz, pembangun sekolah dan madrasah Islam, pengurus dan pemimpin organisasi keislaman dan seterusnya.

Senioran saya di jurnalis, Abyadi Siregar, bahkan pernah mengatakan, “Saya ini sejak masih di sini (dia menunjuk dengkulnya), sudah Islam dan sudah Muhammadiyah,” katanya. Bang Regar ini sekarang menjadi Wakil Sekretaris Persatuan Batak Islam Sumut dan Wakil Sekretaris Pemuda Muhammadiyah Sumut. Dia berasal dari Pahae Jae, sebuah daerah yang terletak di Kabupaten Tapanuli Utara, sebuah kabupaten yang sering diidentikkan sebagai “kawasannya non muslim”. Ayahnya adalah Kepala Sekolah Madrasah Muhammadiyah di Pahae.

Kawan saya kuliah bernama Muhammad Risfan Sihaloho. Dia ini mantan Ketua Senat mahasiswa fakultas sospol. Dari namanya saja, ketahuan kalau dia orang Islam. Namun, ketika dia ditanya namanya dan dia mengatakan, “Sihaloho”, orang akan berprasangka, dia ini bukan Islam. Dari marganya, orang mungkin saja langsung teringat dengan Aberson Sihaloho, pengurus PDIP yang beragama Kristen. Padahal, ayah kawan saya ini adalah guru sekolah Muhammadiyah di daerah Pasaman, perbatasan antara Sumut dan Sumatera Barat. Dia satu kampung dengan teman saya juga, Abdurrahman Rangkuti. Keduanya ini “Muhammadiyah tulen”. Kalau Anda bercerita soal klenik, takhyul, hantu dan segala macamnya, Anda akan diketawain oleh mereka dan ditantang untuk menunjukkan hal itu di hadapan mereka.

Ada lagi nama abang-abang saya yang lain seperti Andi Nasution, Agus Salim Ujung, Mayjen Simanungkalit dan lain-lain. Ini adalah orang-orang Batak yang komitmen keislamannya sungguh luar biasa.

Jadi kalau sampai ada orang yang mengidentikkan Batak=tak Islam, bagi saya, orang itu tololnya ‘gak ketulungan. Dus, kalau ada yang memasukkan kriteria orang Tapanuli=Tak Islam, bagi saya, dia ini adalah orang bodoh, primitif, dan “orang yang tak tahu ditidaktahunya”.

———————————————————————————————-

http://www.tobadreams.wordpress.com

32 Tanggapan to "Pleidoi Seorang Batak Muslim"

ito…

batak = tidak islam

heheheeh… ada rasa lucu dan jg sedih, krn kata2 itu pernah aku terima saat pertama kali menjadi keryawan sebuah BUMD di tangerang ini…

walopun aku berusaha meng’ingkari’ kebatakan ku dulu, ttp saja ada 1-2 orang yang tau kalo aku boru batak…

suatu saat, setelah sholat di musholla kantor, aku mengaji dengan suara yg biasa saja (tak terlalu pelandan tak terlalu keras) … apa yg terjadi ito… setelah aku selesai mengaji, seorang teman berkata ” muallaf kek kamu kok ngajinya pinter yahh…” bahkan ada yg bilang “batak kok islam sih???”

hehehehehe… gimana gwe ngk BT ‘saat’ itu jadi ‘Batak’

“Aku Batak dan aku Islam..” tegas-tegas aja, selalu bangga menjadi bagian dari bangsa Batak dan tak perduli orang mau bilang apa.

Horas

Setuju saja ada wadah Batak Muslim, sepanjang itu bukan melabelkan upaya tandingan. Pembedaan toch hanya di masuknya ciri-ciri agama tertentu dan faktor haram dan non haram untuk jenis makanannya. Tapi jiwa, semangat dan koridor adat istiadat yang dipakai tetap seragam: paradaton batak.

Dengan masuknya pengaruh Islam terhadap budaya Batak memang ada pergeseran nilai-nilai. Sebagai contoh ada kasus di Batak Muslim, Siregar menikah dengan Siregar, sah-sah saja karena hal itu tidak bertentangan dengan Islam tetapi dalam Batak, jelas itu ditentang keras. Tetapi kita tidak boleh mengambil studi kasus ini untuk menggeneralisasi.

Ada tesis yang mengatakan perang yang dipimpin Tuanku Rao (Pongki Nangolngolan) untuk memerangi Tanah Batak mengakibatkan banyak orang Batak beralih ke agama Islam agar tidak dibantai. Sejak itu banyak orang Batak yang lebih menonjolkannya keislamannya dan mereduksi kebatakannya. Tentang hal ini bisa dibaca di bukunya Lance Castle yang menceritakan Kehidupan Politik di Keresidenan Tapanuli 1915-1940.

Dan bagi kita Batak non Muslim ada juga yang menjaga jarak dengan saudara-saudara kita yang Muslim. Mungkin kita yang lebih berperan atas adanya sekat-sekat di dalam Batak. Sebagaimana halnya budaya-budaya di dunia ini yang tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh budaya lain, budaya Batak setelah adanya pengaruh Islam dan Kristen pasti mengalami perubahan. Saya juga tidak tahu bagaimana budaya Batak yang asli sebelum pengaruh kedua agama tersebut.

Jika kita terus menerus membahas Batak-Muslim sebagaimana halnya Adat Batak-Injil maka akan ada debat yang tidak berkesudahan atau akan kita anggap selesai dengan alasan tidak akan ada penyelesaian yang tuntas.

@ Ucok Lubis

Olo Lae,tegas-tegas aja ….Aku juga BATAK dan aku Islam, dan aku sangat bangga terlahir sebagai anak BATAK, dan tak perduli orang mau bilang apa.
Bagiku politik Devide Et Impera sudah usang dan memang leluhurku tak pernah dan tak akan pernah tunduk pada orang2 yang menjalankan politik begu lattuk itu! (sate soto ,mate naoto)

Horas!

Aku ingin berbuat sesuatu
Agar bila saatnya aku jadi abu
Akupun tak perlu malu
Karena aku telah berbuat sesuatu
Kepada generasiku

Saya tidak ber-agama Islam ……

Tapi saya menganut Islam Ibrahim (a Way to Eternal Life)

Dan saya menjalankan isi Injil dan mempercayai Yesus (Isa) sebagai jalan keselamatan

dan… saya pasti seorang BATAK (bermarga)

AGAMA ISLAM ≠ SUKU BATAK ≠ AGAMA NON-ISLAM

Siapapun anda jangan samakan antara Suku dan Agama bahkan dengan kepercayaan yg dianut….!!!

Pertanyaan :
Apakah dirimu membenci saudaramu, sedarahmu, yang lahir dari satu rahim hanya karena perbedaan agama???

Horass di hita halak Batak.

Boasa ma haroa behononmuna halak batak beragama ini, beragama itu. Kalau kita sudah mengaku beragama kasih, persaudaraan pasti ada. Jadi semua agama megajarkan yang baik.

Hmmmmm… Aku BATAK dan tumbuh dalam keragaman…

Tulang (buyutku) adalah muslim yang masuk kristen.. Ayah dan saudara2nya ada yang meninggal di Mekah dan dalam perjalanan ke tanah suci..

Opung dari pihak ayahnya Mama, sekaligus ibunya Papa, punya keluarga yang agamanya ada Islam dan Kristen…

So, siapa yang bilang Batak itu identik dengan non muslim? Justru BATAK itu adalah keragaman…

Ass.wr.wb.!
Kami dari keluarga baik dari garis Opung pihak Bapak (bermarga Pardede) dan dari Opung pihak Ibu (bermarga Simatupang Sianturi), sudah beragama Islam, dan selama ini pun mereka berdomisili didaerah mayoritas Keristen yaitu Balige dan Porsea juga di Parapat.
Bagi kami Agama itulah Penting baik sebagai hubungan kami sesama suku bangsa, maupun sebagai hubungan antara saya dengan Tuhan Saya. Bagi Kami semua keturunan Opung pihak Pardede selalu menanamkan pada prinsip-prinsip Dalihan Na Tol, tidak hanya sekedar Tau tetapi harus menghayati. Agama yang kami anut tidak kami ciptakan menjadi gap didalam mengimplementasikan prinsip Dalihan Natolu, Somba marhula-hula bukan berarti saya harus menyembah hula-hula saya, tetapi saya hormati dan harus huparsangapi hula-hulaku. kerna prinsip Dalihan Natolu bermuatan ajaran moral . Dan Saya Sangat Bangga sebagai Orang Batak Toba ISLAM/Muslim- Wassalam – Horaas

Gereja Batak sebagai gereja suku adalah gereja terbesar mungkin di dunia. Nommensen telah melakukan sesuatu yang hasilnya menunjukkan ke dunia luar bahwa Batak itu Kristen,ya HKBP. Itulsh kesan umum. Ingat pula bahwa semua cerita mengenai Batak ditulis oleh para missionaris dan para pendeta yang mengikuti jejak mereka.

Jika Rektor UNIMED yang sekarang Syawal Gultom yang orang asli Samosir dan bahasa Indonesianya pun belepotan ternyata muslim yang taat, maka akan banyak orang terperangah. Mahadi Sinambela, katakanlah sebuah kasus lain karena ia lahir dan besar di Asahan. Tetapi orang seperti H Burhanuddin Naipitupulu? Wah amang dan inangnya bahkan sudah lama aktif di Muhammadiyah dan ikut mengasuh secara tidak langsung Madrasah Muhammadiyah di Sibulan-bulan, Kecamatan Purbatua, Tapanuli Utara, yang didirikan tahun 1938.

Tetapi jangan sangkalbahwa pemerintah lokal amat anti Islam. Tidakada jabatan pemerintahan yang pernah diberikan kepafa muslim di Tapanuli Utara kecuali Kepala tata Usaha (sementara) Kandep AgamaTapanuli Utara. Anda mau mengatakan bahwa tidak ada orang muslim yang kompeten? Bah,na beha do cara berfikir?

Orang Batak muslim itu sesuatu yang tak difahami oleh orang Kristen,juga oleh Ucok Lubis yang orang Mandailing yang nenekmoyangnya merantau ke Labuhan Batu.

We tahe,seang nai ho inang. Itulah yang selalu saya terima di daerah Bayak ketika di ujung percakapan mereka tahu saya seorang muslimah. Meskipun, sebagai basa-basi,selalu diakhiri dengan ungkapan “tole ma tahe, dosdoi sude,ai na lahotu ginjang do lapatan ni i”.

Jadi, hal yang paling kita perlukan ialah kesediaan orang Batak non muslim untuk menerima kenyataan. Tidak, misalnya, merasa diri sebagai stakeholder utama Batak dan habatahon. Boi doi? Ba tabereng ma tu jolo.

Horas be ma.

Sebenarnya saudara kita ini kurang mengerti dengan apa yang diucapkan, tipikal orang batak parhuta-huta, yang dibahas biasa-biasa aja tapi kesimpulannya sangat kampungan(menurut aku), mari kita lihat.

Jadi kalau sampai ada orang yang mengidentikkan Batak=tak Islam, bagi saya, orang itu tololnya ‘gak ketulungan. Dus, kalau ada yang memasukkan kriteria orang Tapanuli=Tak Islam, bagi saya, dia ini adalah orang bodoh, primitif, dan “orang yang tak tahu ditidaktahunya.

Kalau seperti itu kesimpulannya bukankah hampir semua rakyat Indonesia ini tololnya gak ketulungan, primitif etc ?

1. pada umumnya orang indonesia mengatakan lauk itu ikan
2. banyak orang mengatakan sepeda motor itu honda
3. dimedan air putih dikatakan teh.
4. orang dulu mengatakan kamera itu kodak
5. pada umumnya orang dijakarta mengatakan orang batak itu orang medan
6. orang dimedan mengatakan kemaren itu semalam, padahal bukan malam.
7. bahkan banyak orang indonesia yang beranggapan jahudi itu kristen.

Menurut saya hanya gabungan ketidak tahuan, kebiasaan yang tidak pernah disosialisasikan sehingga terlanjur , jadi tidak ada hubungan dengan primitif, mungkin penulis sendiri yang agak primitif karena tidak tahu artinya primitif.

Sebenarnya yang jadi masalah adalah siapa kita ini ( identitas ) tidak hanya tertuju kepada agama apa yang kita anut tetapi kepada apa yang kita perbuat, buat saya mau kristen, mau islam ataupun parmalim kalau siahaan ya itu saudara semarga saya. Di Hinalang sana, persis disamping rumah ompung kami, ada rumah ompungku yang lain yang agamanya islam, mungkin dikampung orang lain tidak seperti itu jadi pemahaman/pengetahuan dia berbeda, itu saja.

Keluhan Minarti nababan sangat bisa saya pahami, bagaimana sulitnya menjadi minoritas menghadapi mayoritas yang menganggap bahwa merekalah yang menjadi sateholder yang harus didengar, begitujuga kami (kadang2) menjadi minoritas yang menjadi bulan2an kalau mau mendirikan gereja diluar sumatera utara,sedih memang (bukan mengungkit-ungkit) agama sering kita buat menjadi masalah, seharusnya agama yang harus jalan keluar suatu masalah, itulah Indonesia kita Ito,hanya segitu yang kita tahu mengenai agama.

“Jadi kalau sampai ada orang yang mengidentikkan Batak=tak Islam, bagi saya, orang itu tololnya ‘gak ketulungan.”

Tidak bilang: Batak itu mayoritas non muslim, itu juga sama tololnya.

@ Th. Pardede

“…dari Opung pihak Ibu (bermarga Simatupang Sianturi), sudah beragama Islam, …”

Memang kenapa kalau BELUM islam?

Jadi kawan-kawan, walaupun kita ini semua punya agama dan selalu mendengar ajaran moral yang benar di dalam gereja atau mesjid, tapi rasanya hati kita masih tetap berkobar mengatakan: Agamakulah yang terbaik. Apa saja persoalan sering diseret ke arah yang sensitif ini yakni agama. Bukankah hal itu telah terbukti? Lihat, betapa orang di dunia ini bahkan di Indonesia senantiasa menganggap perang Israel dan Hamas merupakan perang agama? Tidak banyak orang yang jernih memandang bahwa itu adalah persoalan ideologi, politik dan ekonomi? Wah koq jadi lari ke Israel yah, tapi nggak apa-apa. Apa yang hendak saya katakan? Kita ini adalah saudara, saya punya saudari kandung menikah dengan muslim dan akhirnya jadi muslim, sementara kami adalah orang kristen katolik, apakah saya harus katakan itu bukan ito saya? Bah…nga gabe mardosa iba molo diparsoada i, Jadi entah kita beda agama mari kita sama-sama mencintai. Satongkin do ngolunta di portibi on, jadi talului ma ngolu na manongtong i. Mauliate

horas…

saya sampai matipun adalah keturunan BATAK..dan kemana pun bangga menjadi orang BATAK.

BATAK ITU BUKAN LAH AGAMA JUGA BUKAN PAKAIAN ATAU EMBEL2 LAIN
namun batak itu adalah DALIHAN NA TOLU

horas..tulang
horas..namboru
horas..lae
horas…

namun demikian saya sepakat dengan lae hematov purba:

Ada tesis yang mengatakan perang yang dipimpin Tuanku Rao (Pongki Nangolngolan) untuk memerangi Tanah Batak mengakibatkan banyak orang Batak beralih ke agama Islam agar tidak dibantai. Sejak itu banyak orang Batak yang lebih menonjolkannya keislamannya dan mereduksi kebatakannya. Tentang hal ini bisa dibaca di bukunya Lance Castle yang menceritakan Kehidupan Politik di Keresidenan Tapanuli 1915-1940.
sehingga dimunculkanlah ucapan BATAK ITU KASAR,BATAK ITU SIPELEBEGU,BATAK ITU BARBAR,BATAK ITU BEREKOR dll agar tentara padri dapat menghancurkan nilai2 dan kebudayaan bangsa BATAK di masa kepemimpinan RAJA SISINGAMANGARAJA X..padahal jauh sebelumnya BATAK dahulu tidak pernah memperdebatkan tentang keyakinan buktinya adalah KERAJAAN HATORUSAN di BARUS adalah kerajaan bergama islam dimana kerjaan SISINGAMANGARAJA menjalin hubungan yang sangat erat sekali…semuanya itu adalah politik DEVIDE ET IMPERA pada zaman PERANG PADRI dan PENJAJAHAN BELANDA agar bangsa BATAK yg mempunyai AKSARA,BAHASA DAN KEBUDAYAAN di hancurkan dan ditaklukan…

namun atas berkat rahmat allah yang maha kuasa (OMPUNG MULAJADI NABOLON) kebudayaan bangsa bantak tetap terpelihara dan terjaga..walau banyak pustaka batak,aksara batak,buku lak-lak dan rumah2 adat dihancurkan pada zaman PADRI dan zaman Penjajahan Belanda..namun martabat dan semangat bangsa batak tetap bertahan di dalam perjuangan RAJA SISINGAMANGARAJA XII hingga sekarang.

salam damai indonesia
horas

semua karna politik DEVIDE ET IMPERA pada zaman PERANG PADRI dan PENJAJAHAN BELANDA

cobalah kamu berteman sama orang TOBA kamu akan mengetahui apakah benar ada nilai2 di masyarakat TOBA untuk memusuhi islam..
klo pun ada itu disebabkan tragedi masa lalu yang penuh penderitaan dimana terjadi GENOCIDE di tanah batak..namun secara umum parToba sangat menghormati kebudayaan daerah lain.

horas..

buat ito minarti nababan…

mengapa itu terjadi dikarenakan perihnya dan penuh penderitaan pada zaman PERANG PADRI dan PENJAJAHAN BELANDA dimana terjadi GENOCIDE di tanah batak sehingga adanya trauma yang mendalam agar janganlah BATAK MUSLIM yg memimpin di Toba klo masih ada BATAK KRISTEN yang mampu di jabatan itu…

jadi bukan pribadinya (orangnya) sebagai muslimah yang ditakuti namun jiwa ekstrimisme dalam agama itu yang menjadi di waspadai parToba karena PERANG PADRI yang demi nama Allah melukai perasaan orang Batak..

yakinlah ito minarti nababan kamu tidak pernah diganggu dalam beribadah dan menjalankan sholat di daerah Toba…dijamin 100% kamu tidak bakal di persulit.

namun ito pernah terbayang gak menjadi seorang BATAK KRISTEN di rantau orang???namun itu lah perantauan seperti pesan2 ompung2 najolo hian…

benget maho maroha
jala pattun maradopong natua-tua
di tano parjalangani asa tanda ho anak ni raja

horas..
butima

@ Minarti Nababan
@ Forum

Buat Minarti Nababan :

tolong dijelaskan maksud komentar Anda untuk Ucok Lubis. Apakah komentar Anda relevan dan patut disampaikan di forum ini ? Aku tunggu klarifikasi dari Anda. Jika Anda tidak memberikan klarifikasi, dengan berat hati komentar Anda akan aku hapus. Mauliate.

Buat Forum yang terhormat :

Selaku admin blog ini, aku sebisa mungkin tidak melakukan sensor terhadap komentar-komentar yang masuk, dengan niat untuk membiasakan kita (terutama halak hita) untuk merasa bebas dan berani mengutarakan pendapat apa adanya.

Dan, agar diskusi kita membuahkan kebaikan dan sebaliknya tidak menimbulkan pertentangan atau sikap bermusuhan yang dangkal dan sia-sia, aku harap kesadaran kita masing-masing untuk tidak menyerang orang lain secara personal. Silakan serang argumen atau pola pikirnya, tapi jangan serang martabat dan keyakinannya.

Bravo batak keren !

@ Minarti Nababan
Saya maklum keluhan dari ito, antara lain : “ Jadi, hal yang paling kita perlukan ialah kesediaan orang Batak non muslim untuk menerima kenyataan. Tidak, misalnya, merasa diri sebagai stakeholder utama Batak dan habatahon. Boi doi? Ba tabereng ma tu jolo.”
Orang-orang yang merasa dirinya sebagai stakeholder utama Batak dan habatahon adalah orang yang wawasannya sempit, kalau istilah sdr. DCS dalam komenya “ sangat kampungan “
Dan ini sebenarnya tidak menggambarkan pendirian masyarakat Batak secara umum. Barangkali ito lupa, atau belum pernah berkunjung ke Sipirok, dimana gereja dan mesjid dibangun berdampingan. Merka rukun karena pada saat hari Raya Idul Fitri yang Kristen jadi parhobas dan sebaliknya pada saat Natal dan Tahun Baru yang Muslim jadi parhobas, karena mereka adalah keluarga besar. Umumnya pada keluarga Batak dilihat dari garis keturunan kakek/ompung/ 4 generasi keatas terdiri dari yang beragama Islam dam Kristen. Seperti saya misalnya dimana dari pihak ibu saya semua beragama Islam. Ada cerita tentang bagaimana saya mau “ paebathon isteri saya” ke para tulang saya ( isteri saya kan jadi borunya ) di JKT ini , tahun 1982, reaksi pertama dari para dongan tubu dan dongan sabutuha saya adalah “ Beha do bahenonmu mambuat sipanganon tu tulang mu ? ( Bagaimana caranya kau membawa makanan ke pamanmu ?. Saya menjawab : “ Dang adong tarsurat na ingkon pinahan lobu boan on.” ( Tidak ada aturan tertulis kita harus membawa daging babi ). Akhirnya acara paebathon itu dapat dilaksanakan dan kami membawa makanan dari daging kambing lengkap dengan “ tudu-tudu ni sipanganon “ dan “na margoarna “. Para Tulang saya ini senang dengan acara itu, bahkan beliau menerangkan kepada semua putra/inya makna dari acara itu ( kebetulan menantu perempuan dan laki-laki mayoritas bukan orang Batak ). Maksud saya adalah masih banyak orang yang mempersepsikan paradaton atau ulaon adat Batak dikonotasikan makan daging babi ( haram ) dan ulos ( berhala, mistik, zaman jahiliah ) sehingga tidak melaksanakan adat Batak itu. Padahal zaman sekarang ulos itu hanya dianggap simbol saja tanpa mantera-mantera karena orang Batak itu kan sudah menyembah Allah. Menurut pengamatan saya pada keluarga saya yang Muslim meeka tetap melaksanakan ulaon adat itu ( tentu tanpa pinahan lobu ) dan mereka tidak pernah mengatakan mereka Batak Muslim.

sudah digariskan oleh Tuhan parToba untuk selalu mempunyai image negatif..

marilah parToba yang tinggal di kampung di tanah rantau agar tetap menjaga nilai habatahon agar tetap menjadi parToba yang cinta damai..

melihat dunia dengan hati bersih dan pikiran jernih

horas..

Horas madi hita saudaraku bangso Batak.
Luar biasa memang adat kita DALIHAN NA TOLU itu.
Saya juga punya Tulang Rumahorbo agamanya islam, juga Amang uda ku hula2 nya islam. Jadi waktu pasahathon tudu2 ni sipanganon ya kami bawa daging kambing lengkap. So jadi mari kita lestarikan adat kita itu.

Hidup Bangso Batak

Horas
Horas
Horas

Assalamu’alaikum
Salam sejahtra
Allah menciptakan manusia berbangsa, bersuku, berbudaya, semuanya beerrbeda-beda……… mari kita tetap saling menghargai
hoooraaasss ( walau gua bukan orang batak )
Wasssalam

semenjak aku tinggal di negeri jauh… setiap kali perkenalan diri sll saja dua agama ini yg muncul….

Jika Bule yg di sekitar aku tahu ttg indo, katakan saja tahu sedikit ttg suku batak, maka mereka akan langsung menebak aku kristen krn berasal dari suku BATAK……. dan mmg benar, kebetulan jg aku kristen..tapi coba klu teman ku siregar itu, apa mereka tahu klu dia itu muslim? tidak..mereka jg bilang siregar ini pasti Kristen…

Tapi jika Bule ini bertanya dari mana asal negaraku, dan tidak kenal ttg suku batak, maka ketika aku jawab aku dari INDonesia …maka mereka akan bertanya kembali: Kamu muslim kah?

Begitulah yg terjadi sesudah jauh dari Indonesia ;

Batak = Kristen
Indonesia = Muslim

hahahahhahahahah

Horas,
saya batak. tapi saya bukan lah bergama kristen dan juga bukan beragama islam dan juga bukan parmalim. Saya tak bergama, itu keyakinan yang di anut keluarga ku. Sayang di indonesia kami tidak mendapatkan tempat, “dipaksa” untuk beragama. tapi jangan tempatkan kami bukang orang batak. karena kami adalah batak.

males banget kalau AGAMA dibuat menjadi suatu MASALAH atau PERSOALAN…

loja dehhh…

TO … parToba

mengapa itu terjadi dikarenakan perihnya dan penuh penderitaan pada zaman PERANG PADRI dan PENJAJAHAN BELANDA dimana terjadi GENOCIDE di tanah batak sehingga adanya trauma yang mendalam agar janganlah BATAK MUSLIM yg memimpin di Toba klo masih ada BATAK KRISTEN yang mampu di jabatan itu…

Padri adalah musuh Belanda. Belanda sudah sangat jelas Penjajah, jadi siapapun yang menjilat Belanda atau pun yang menjadi antek-anteknya adalah musuh perjuangan .

Anda salah kalau anda mengatakan ada genocide di tanah batak, jadi yang ada sebenarnya perang melawan Penjajah berikut antek-anteknya…. getoch….

Mungkin anda juga tau ceritanya siapa yang membocorkan keberadaan Si Singamangaraja XII yangt ahirnya beliau tertembak n Menjadi Pahlawan Nasional….. ! Yang mungkin juga anda bangga atas ke pahlawanannya….. he he he …kali…..

Jangan terlalu sempit…..coy….

Horas.

Nirwan yang konon marga Panjaitan ini, setahu aku, tidak pernah menampilkan diri sebagai orang Batak dalam interaksi di dunia maya. Tulisan-tulisan di blognya pun hanya sedikit mengenai etnis Batak, dan yang sedikit itu cuma mengenai “Batak Muslim”.

Apa maskud nya pemakaian kata “konon” disana lae??…

gaya bahasa aha do napinakke munaon lae, nahuboto hata kono=dulu, dahulu…jadi dang be batak si nurmansyah on nuaeng??… abbal nai!!

Saya orang Batak yg mengimani Yesus sebagai Allah yang menyelamatkan ku pada hari terakhir.
Yang kusesalkan apabila ada orang Batak beragama Kristen dan Orang Batak yang beragama Islam mengatakan kalau dirinya bukan Batak lagi.
Aku di perantauan Kalimantan Timur. Di sini sudah banyak pernikahan lintas budaya. Nah yang jadi persoalan Seorang Pemuda yg ber marga Batak dan ber ibukan non Batak mengatakan kalau dirinya bukan Batak. Padahal sudah jelas-jelas di belakang namanya tertera salah satu marga Batak
GBU

@All,

sangat susah untuk menyatukan yang beda agama. Terus terang saya lebih mudah bergabung dgn Jawa Kristen dari pada Batak Muslim. Karna dengan batak muslim, semua punya batasan. Gak bisalah makan saksang dsb. Maaf bagi batak muslim. Tapi karna memang inilah kenyataannya.

memang susah klo brangkat dari perbedaan mah, beda pmikiran, agama suku dkk:.. Seandainya brangkt dari yg sama: sama2 manusia., sama2 mahluk Tuhan yg Mh Esa, ingin d hargai, ihlas menerima perbedaan adalah fakta.

HORAS..

Kalo ada yg beranggapan batak = non muslim perlu dipertanyakan dimana kampungnya??

Saya manurung.. tapi dari banua ginjang sampe saya keturunan manurung tidak ada yg kristen.. oppung nya oppung saya masih animisme (parmalim)..

Jadi kalo ada yg bertanya Manurung Kok Islam ?? perlu dipertanyakan dimana otaknya??

Tinggalkan komentar

Blog Stats

  • 761.483 hits

Arsip