batak itu keren

Kalau Indonesia Berperang dengan Malaysia, Bagaimana Sikap Peranakan Batak Mandailing di Sana ?

Posted on: 7 Juni, 2009

Seandainya para keturunan perantau asal Mandailing di Malaysia itu bertujuan baik untuk menghidupkan  ikatan dan diplomasi budaya dengan tanah leluhur; seharusnya mereka tidak gegabah melancarkan perang persepsi; yang tak disukai oleh sebagian besar masyarakat Mandailing yang merasa dirinya Batak , dan melukai perasaan orang Batak Toba karena dilukiskan sebagai keturunan budak.

Oleh : Robert Manurung

PELANGGARAN perbatasan yang bolak-balik dilakukan oleh kapal perang Malaysia di perairan Ambalat, Kalimantan Timur, telah melukai perasaan mayoritas orang Indonesia. Timbul kemarahan umum, dan muncul desakan dari  masyarakat :  agar Pemerintah RI memberi pelajaran kepada negara tetangga yang arogan dan menyebalkan itu.

Situasi yang sedang memanas ini tiba-tiba mengingatkanku pada “perang persepsi” yang dilancarkan oleh orang-orang yang mengaku peranakan Mandailing di Malaysia, yang dipelopori oleh orang bernama Abdur Rozak Lubis. Melalui ratusan blog, situs dan tabloid, warga negara Malaysia itu menyebarluaskan sejarah “Suku Mandailing” versinya sendiri, dengan target untuk mengubah persepsi masyarakat Batak Mandailing. Pada intinya mereka berusaha meyakinkan, bahwa masyarakat Mandailing bukan Batak, melainkan ranting dari etnis Minang.

“Perang persepsi” yang dilancarkan warga negara Malaysia itu sepintas tidak tampak seperti masalah serius. Mungkin, di kalangan etnis Batak asal Mandailing pun hanya sedikit yang merasa terusik. Sebaliknya, cukup banyak juga kelihatannya yang berhasil dipengaruhi oleh kampanye bersifat indoktrinasi  oleh keturunan perantau asal Mandailing itu–yang notabene telah lima generasi menjadi warga Negara Malaysia.

Sekarang, aku jadi bertanya-tanya, apakah perang persepsi tadi hanya sebuah usaha mencari akar sejarah “Batak nalilu” di Malaysia; atau jangan-jangan itu merupakan politik devide et impera ? Apakah intervensi budaya  yang berusaha memecah-belah Bangso Batak itu—tepatnya memisahkan penduduk eks Tapanuli Selatan yang mayoritas beragama Islam,dari penduduk eks wilayah Tapanuli Utara yang mayoritas Kristen; bertujuan jangka panjang untuk mencaplok wilayah Mandailing dan sekitarnya lalu digabungkan dengan Malaysia ?

* * *

BOLEH jadi pertanyaan tersebut di atas akan dianggap mengada-ada. Namun aku punya intuisi bahwa perang persepsi yang dilancarkan peranakan Batak Mandailing di Malaysia; yang tampaknya terencana dan terorganisir dengan baik; adalah bagian dari agenda jangka panjang demi kepentingan hegemoni Malaysia di seputar perairan Malaka.

Sejauh ini, mereka telah berhasil merekrut beberapa intelektual di Sumatera Utara untuk mendukung versi sejarah yang “meminangkan” penduduk Mandailing dan sekitarnya itu. Beberapa di antaranya adalah sarjana lulusan Universitas Sumatera Utara dan wartawan di beberapa koran yang terbit di Medan.

* * *

KEMBALI ke situasi yang memanas di Ambalat, seandainya insiden yang berulang-ulang itu meningkat jadi perang antara Indonesia dan Malaysia, bagaimana gerangan sikap para keturunan perantau asal Mandailing di Malaysia ? Seandainya mereka dikenakan wajib militer dan ditugaskan untuk menyerbu dan mencaplok daerah Mandailing, beranikah mereka menolak atau malah dengan senang hati menjalankan tugas itu agar eksistensi mereka di Malaysia diakui untuk selamanya ?

Pertanyaan ini penting untuk mengingatkan kita, bahwa ada kemungkinan suatu hari Bangso Batak terpaksa harus berperang, dan bunuh-bunuhan, dengan para keturunan perantau asal Mandailing di Malaysia. Hal semacam ini sudah pernah terjadi sebelumnya di negara-negara lain, misalnya para tentara Amerika Serikat keturunan Jepang yang ditugaskan menaklukkan Jepang pada Perang  Dunia II; ternyata mereka melakukannya dengan sangat patriotis demi kejayaan Amerika Serikat. Dan sejak itu, keberadaan masyarakat keturunan Jepang di tengah-tengah bangsa AS semakin dihargai oleh ras kulit putih di sana.

Kemungkinan besar masyarakat peranakan Batak Mandailing di Malaysia pun bakal bertindak demikian, dan hal itu wajar saja. .Dengan demikian, sepak terjang para perantau asal Mandailing yang berusaha memecah-belah Bangso Batak harus kita lihat sebagai kepentingan nasional Malaysia.

Seandainya para keturunan perantau asal Mandailing di Malaysia itu bertujuan baik untuk menghidupkan  ikatan dan diplomasi budaya dengan tanah leluhur; seharusnya mereka tidak gegabah melancarkan perang persepsi; yang tak disukai oleh sebagian besar masyarakat Mandailing yang merasa dirinya Batak , dan melukai perasaan orang Batak Toba karena dilukiskan sebagai keturunan budak.

69 Tanggapan to "Kalau Indonesia Berperang dengan Malaysia, Bagaimana Sikap Peranakan Batak Mandailing di Sana ?"

Jangan peranglah….. kita kan serumpun. Dimana-mana ada yang jahat, ada yang baik. Adikku dapat orang Malaka & keluarganya luar biasa baiknya

Malaysia, negara yg mungkin tidak memiliki budaya asli…,paling suka mencaplok dan mengakui kebudayan daerah Indonesia menjadi kebudayan bangsanya. Indonesia tiap derah punya budaya tersendiri, malaysia? reok, keris, mo di akui, Kita harus hati2, jgn sampai ulos dll diakui jd budaya bangsa mereka krn telah berhasil merekrut intelektual2 SUMUT(batak).

Saya juga suka heran melihat ada orang2 kayak gitu, lae… Apa sih yang ada di otaknya, sehingga “hasadon” suku harus tercerabut dari akarnya hanya karena persoalan beda agama. Boleh jadi orang2 seperti ini harus lebih diwaspadai di Sumut sana… Lihat aja; apa pula urusan FPI seakan hendak mengintervensi dalam setiap sidang pengadilan para terdakwa kasus Protap? Tidak ada urusannya saya pikir, seolah-olah para petugas aparat pemerintah tidak dianggapnya. Boleh jadi seperti yang lae bilang, ada provokasi dari luar untuk memecah belah… bukankah sikap ormas itu seakan sengaja mancing-mancing??? Sangat dimungkinkan, orang2 yang lae sebut di tulisan itu berada di belakang ormas itu?

kalau melihat penyataan2 orang2 malaysia yang tersebar di internet, hampir tak ada satu pun pernyataan mereka yang bisa membikin suasana konflik mereda, bung robert. malah sebaliknya, arigansi mereka jelas2 sulit utk bisa ditolerir. tapi kalau melihat kenyataan sosial yang ada di negeri jiran itu, agaknya memang dilematis juga, karena banyak juga suadara2 kita yang punya banyak kepentingan di sana. lha terus gimana? masihkah kita bersikap sabar menghadapi provokasi yang terus dihembuskan oleh malaysia?

Kok malaysia terus yg dipikirkan? Baik itu belum tentu benar.

ibarat punya saudara yg nakal kelewatan, kita harus beri pelajaran tentunya. Ini bukan soal rumpun, bukan soal tetangga….. tapi enyangkut pelecehan harga diri bangsa Indonesia. Kalau kita menginginkan kedamaian, kita harus berani berperang. Sikap kita yg kendor mrp gambaran dari nasinalisme kita yg mulai luntur

Ngak Perang he he … kita siapkan diri peang prestasi aja deh … (Kecuali batas toleransi dah habis)

Prang tentunya adalah jalan terahir dari satu sengketa atas kedaulatan, sebelum perang itu di mulai masih ada tahapan -tahapan yang harus dilalui dengan cara diplomasi misalnya.

Karena ada rasa serumpun ditambah lagi hubungan kekeluargaan yang masih terjalin antara Orang Mandailing yang dirantau ( Malaysia ) dengan Orang Madailing yang di kampung halaman begitu juga dengan suku-suku yang lainnya seharusnya segala permasaalahan dapat terselesaikan dengan cara bijak dan arif .

Semoga sudah terselesaikan sampai pada ditahapan tersebut, karena perang pasti akan mebawa kesengsaraan buat kedua belah pihak.

Ah..tak perlu ditanggapi. Mereka cuma berani provokasi. Mencaplok Mandailing? 100% tidak mungkin. 100% tidak berani! Yang ada mereka juga takut, seluruh Kalimantan kembali ke Indonesia.
Disini siapa menyerang duluan..dia hancur. Tak perlu menyerang Malaysia, rebut saja kembali Kalimantan. Mereka pasti limbung.

Malaysia tak berdaya tanpa Indonesia. Yang perlu dilakukan tetap posting sejarah yang sebenarnya. Biarkan saja mereka menggongong. Perkuat saja persaudaraan kita. Terlalu kecil ORANG BATAK itu kalau sampai bisa dipecah belah masalah Taput & Tapsel. Jauh sebelum agama masuk ke tanah batak, Tapanuli sudah ada kan..sudah bersaudara…

Daga..daga.. janganlah perang, angguk bobar nanti jadinya. Bukan awak tak berani perang, kek mana pun, nanti pasti semua rugi.

Lagi pula bukannya kita diperintahkan untuk mengasihi musuh…, alamaakk, kek mana pula ini.

penghargaan malaysia terhadap indonesia memang sudah dalam taraf yang menghawatirkan, lihat saja tingkah mereka sering memperolok-olok indonesia, pelecehan terhadap tki, klaim batas wilayah, klaim klaim kebudayaan dll, itu sebagai akibat kurangnya tekanan setiap tindakan mereka. tekanan disini bukan berarti harus perang, tetapi minimal indonesia harus memberikan somasi ke pihak kedutaan mereka di jakarta terhadap tindakan pelanggaran tersebut.
sesuai dengan deklarasi juanda batas wilayah indonesia sudah ditetapkan dan sudah diterima oleh konvensi hukum internasional tentang laut tahun 1982 (UNCLOS). tetapi pada kenyataannya bila masalah ini dibawa ke MI akan menjadi blunder buat indonesia karena kita sudah mengalaminya ketika masalah sepadan dan ligitan dibawa ke mahkamah internasional (berhubung kita tidak punya diplomat-diplomat yang sehandal adam malik batubara). tetapi bila ini tidak diselesaikan ke mahkamah internasional tetap saja pihak malaysia tetap akan mengklaim itu sebagai wilayah mereka. tapi bila penyelesaiannya dengan cara perang, maka ini akan berdampak sangat tidak menguntungkan kepada kedua belah pihak, selain juga sudah merupakan kesepakatan traktat bali 1976 sesama anggota ASEAN tidak di benarkan menyelesaikan masalah dengan jalan perang.
tetapi walau hanya berandai-andai bahwa jalan perang bukanlah opsi yang cerdas, lebih baik pemerintah & rakyat juga segala element-elemen negara lebih memperkuat segala sendi-sendi kenegaraan kita mulai dari ekonomi, hankam, kebudayaan dll. terbukti mereka berani hanya ketika negara kita dalam keadaan lemah saja, manakala negara kita stabil dan kuat mereka tak pernah melakukan provokasi dan semacamnya.
namun, apabila kemungkinan terburuk terjadi, perang antara indonesia dengan malaysia besar kemungkinan warga negara malysia keturunan mandailing akan lebih loyal terhadap negaranya, bagaimana pun itu adalah tanah air mereka dan mereka pasti mencintainya, dengan hubungannya dengan masyarakat mandailing itu tidaklah akan begitu mengikat. akan halnya dengan masyarakat mandailing itu hanyalah hubungan kekerabatan jauh dan bahkan hampir terlupakan. seperti kenyataan yang ada, mereka bahkan tidak tahu ladi mereka itu bangso batak atau suku minang. songoni majo ate! he he he.

@ Ucok P Harahap

Harapanku juga begitu lae. Rakyat kebanyakan selalu menjadi korban pertama dan yang paling menderita dalam setiap peperangan.

Kita cinta damai, tapi lebih cinta lagi pada kemerdekaan kita sebagai bangsa dan negara, begitu kan lae ?

@ viktor

Betul lae. Kita tidak boleh meremehkan resiko yang sudah nampak.

@ Hatebe

Aku beranggapan ini tidak ada hubungannya dengan hati, lae, tapi semata-mata pikiran. Ini sesuatu yang dirancang, didukung organisasi yang rapi, dan pendanaan yang kuat. Ada tujuan-tujuan yang jauh, yang kita belum tahu, tapi tak dapat kita abaikan begitu saja.

@ Sawali Tuhusetya

Ya mas. Tetangga kita itu punya masalah dalam diri mereka sendiri. Sikap sombong dan tidak tahu diri ! Mentang-mentang banyak TKI cari makan di sana, mereka pikir orang Indonesia sudah di bawah telapak kaki mereka. Padahal TKI justru berjasa besar mengakselerasi kemakmuran di Malaysia, bukan sebaliknya.

Fakta menunjukkan Image / citra Indonesia bagi pemerintah dan rakyat Malaysia sangat rendah. Orang Indonesia disebut ” Indon” sebagai olok-olok yang setara dengan arti ” budak “.
Penduduk Malaysia sebenarnya sekitar 50 % berasal dari imigran Indonesia yang sudah berlangsung ratusan tahun dengan penduduk asli etnis Melayu yang bersaudara kandung dengan etnis Melayu di kerajaan Melayu Deli di SUMUT. Imigran Indonesia terbanyak dan diterima dengan tangan terbuka menjadi warga negara kelas satu disana memang berasal dari pulau Sumatra / Andalas karena kesamaan etnis yaitu neo malayan rumpun Melayu seperti dari Melayu Deli, Minangkabau, Mandailing ( Pasca perang Paderi ), Aceh, Riau, Bangka, Bengkulu hingga Sumatera selatan. Kerajaan-kerajaan di Malaysia memiliki ikatan historis yang kuat dengan kerajaan-kerajaan Melayu di Sumatra. Imigran Indonesia lain yang jadi penduduk tetap ( permanent citizen ) tetapi dianggap kelas dua adalah imigran dari pulau Jawa walaupun ada sebagian yang bisa masuk ke kluster penduduk utama contohnya menteri pertahanan Malaysia sekarang yang keturunannya berasal dari Jogyakarta.
Kenapa mereka menganggap rendah orang Indonesia tentu tidak terlepas dari kondisi politik, ekonomi dan budaya kita yang mereka nilai mengalami degradasi dari masa ke masa.
Provokasi hingga pencaplokan wilayah ( seperti Sipadan dan Ligitan ) tentu dilakukan dengan berhitung matang pada benefit dan resiko yang telah mereka pelajari sebelum melakukannya. Kalau mereka mengklaim sebagai pemilik Batik, lagu Rasa sayange dan Reog Ponorogo yang milik Indonesia ( belum dipatenkan saat di klaim ) dengan berbagai alasan tentu memiliki maksud / agenda tertentu termasuk sekarang apa yang dilakukan pada issu Mandailing.
Secara psikologis sebenarnya mereka orang-orang yang merasa terusir dari Indonesia dan merasa berhak mengklaim Indonesia juga milik mereka.
Yang pokok harus kita lakukan untuk meredam provokasi=provokasi itu tentu peningkatan kondisi bangsa ini sehingga menciptakan bangsa yang kuat dari segi politik, ekonomi, sosial dan budaya. Image suatu bangsa akan sangat ditentukan oleh kemampuan suatu bangsa menunjukkan prestasinya dalam segala bidang yang bertumpu pada terciptanya masyarakat yang makmur / sejahtera, berkeadilan, kemampuan pertahanan dan diplomasi internasional sebagaimana diisyaratkan oleh pembukaan UUD 1045.

Fakta menunjukkan Image / citra Indonesia bagi pemerintah dan rakyat Malaysia sangat rendah. Orang Indonesia disebut ” Indon” sebagai olok-olok yang setara dengan arti ” budak “.
Penduduk Malaysia sebenarnya sekitar 50 % berasal dari imigran Indonesia yang sudah berlangsung ratusan tahun dengan penduduk asli etnis Melayu yang bersaudara kandung dengan etnis Melayu di kerajaan Melayu Deli di SUMUT. Imigran Indonesia terbanyak dan diterima dengan tangan terbuka menjadi warga negara kelas satu disana memang berasal dari pulau Sumatra / Andalas karena kesamaan etnis yaitu neo malayan rumpun Melayu seperti dari Melayu Deli, Minangkabau, Mandailing ( Pasca perang Paderi ), Aceh, Riau, Bangka, Bengkulu hingga Sumatera selatan. Kerajaan-kerajaan di Malaysia memiliki ikatan historis yang kuat dengan kerajaan-kerajaan Melayu di Sumatra. Imigran Indonesia lain yang jadi penduduk tetap ( permanent citizen ) tetapi dianggap kelas dua adalah imigran dari pulau Jawa walaupun ada sebagian yang bisa masuk ke kluster penduduk utama contohnya menteri pertahanan Malaysia sekarang yang keturunannya berasal dari Jogyakarta.
Kenapa mereka menganggap rendah orang Indonesia tentu tidak terlepas dari kondisi politik, ekonomi dan budaya kita yang mereka nilai mengalami degradasi dari masa ke masa.
Provokasi hingga pencaplokan wilayah ( seperti Sipadan dan Ligitan ) tentu dilakukan dengan berhitung matang pada benefit dan resiko yang telah mereka pelajari sebelum melakukannya. Kalau mereka mengklaim sebagai pemilik Batik, lagu Rasa sayange dan Reog Ponorogo yang milik Indonesia ( belum dipatenkan saat di klaim ) dengan berbagai alasan tentu memiliki maksud / agenda tertentu termasuk sekarang apa yang dilakukan pada issu Mandailing.
Secara psikologis sebenarnya mereka orang-orang yang merasa terusir dari Indonesia dan merasa berhak mengklaim Indonesia juga milik mereka.
Yang pokok harus kita lakukan untuk meredam provokasi=provokasi itu tentu peningkatan kondisi bangsa ini sehingga menciptakan bangsa yang kuat dari segi politik, ekonomi, sosial dan budaya. Image suatu bangsa akan sangat ditentukan oleh kemampuan suatu bangsa menunjukkan prestasinya dalam segala bidang yang bertumpu pada terciptanya masyarakat yang makmur / sejahtera, berkeadilan, kemampuan pertahanan dan diplomasi internasional sebagaimana diisyaratkan oleh pembukaan UUD 1945.

Kalau orang Malaysia keturunan Indonesia khususnya mandailing bila berperang membela Malaysia ? kalau ya , wajar saja karena bela negara adalah kewajiban setiap warga negara di negara manapun terlepas ada tidaknya ikatan etnis, agama atau lainnya.
Ketika Muhamad Ali menolak masuk milisi di USA untuk dikirim ke perang Vietnam dia dihukum penjara sesuai hukum konstitusi USA. Dia menolak bukan karena alasan etnis atau agama tetapi dengan alasan kemanusiaan tetapi tetap harus menerima sanksi hukum. Apakah nanti diantara orang Mandailing Malaysia ada yang memutuskan lebih baik menerima hukuman sesuai konstitusi Malaysia dari pada berperang dengan Indonesia kembali berpulang ke individu masing-masing.

Saya mendapatkan kesan bahwa Sdr Robert Manurung melalui blog ini justru adalah pihak yang sangat terganggu dengan adanya pernyataan dari orang-orang Mandailing yang tidak mengaku bagian dari Batak. Apakah sesungguhnya yang menjadi keberatan Anda kalau orang Mandailing tidak mengaku Batak ? Saya kira saudara saya Abdur Razzaq Lubis tidak pernah menjelek-jelekkan saudara maupun orang Batak, mengapa anda sepertinya ingin menghasut dan “membunuh karakter” saudara tsb sebagai aktor pemecah-belah bangso batak ? siapakah sesungguhnya bangso batak itu ? bukankah salah kaprah menggunakan istilah batak utara dan batak selatan ? apa jadinya yang dimaksud dengan batak itu, sebuah wilayah geografikah ?

Bukankah yang anda lakukan melalui tulisan ini, dan juga blog ini, adalah juga sebuah “perang persepsi” sesuai dengan kandungan makna dari kata yang anda gunakan ? Bahkan anda terkesan provokatif dengan menghubung-hubungkan orang Mandailing di malaysia dengan persoalan politik negara. Mengapa anda tidak menyebut orang Minang ( banyak di Negeri Sembilan), orang Jawa (banyak di Johor, plus para TKI), orang Bugis, dan perantau asal Indonesia lainnya yang juga sudah banyak bermukim dan beranak-pinak diMalaysia ? mengapa sentimen anda hanya tertuju kepada mandailing ? Bukankah itu sangat provokatif ?

Saya kira, kalau niatan anda membangun blog ini adalah untuk membangun persaudaraan antara sesama umat manusia, terlepas dia itu suku apa, beberapa pertanyaan di atas perlu kiranya anda jelaskan dulu agar pembaca semakinpaham apa sesungguhnya missi anda dengan blog ini. Saya senang jika anda mau membuka dialog yang terbuka, rasional dan argumentatif.

Terima kasih

sebenarnya indonesia mau tunggu apalagi yah…
dah sepadan dan ligitan di caplok.. diam aja
ambalat mau di caplok lagi ..juga masih diem
para TKI di malasya di siksa, diperkosa, tak digaji…diam juga..
kalo ditanya pada prajurit indonesia.. semuanya dah pada gatal mau perang sama malasya..
apa emang pimpinan kita yang pengecut…???
wah.. bunun atu..

HORAS MANDAILING.

MANDAILING memiliki kekuatan yang sangat kuat dalam bidang pemerintahan dan ini tentunya ini juga ingin dimiliki oleh kaum Batak, khususnya Batak Toba.

Mari kita pelajari mengapa mereka orang-orang Batak Toba ini begitu picik dan barbarian sehingga seorang anggota DPRD harus tewas diakibatkan oleh prilaku yang sangat tidak manusiawi.

Siapakah mereka-mereka yang terlibat dalam kejadian demo di Medan dalam kasus protap itu?
MEREKA ADALAH ORANG-ORANG BATAK TOBA.

MENGAPA MEREKA SANGAT INGIN SEKALI MENDIRIKAN PROTAP DAN APA ITU SEBENARNYA PROTAP?

PROTAP ITU ADALAH KEINGINAN ORANG-ORANG BATAK TOBA YANG SANGAT BERNAFSU MENDIRIKAN SEBUAH PROPINSI BARU SEHINGGA DENGAN NANTINYA MEREKA DIAKUI MAMPU ( PADAHAL TIDAK ).

KENAPA MEREKA SANGAT INGIN MENDIRIKAN SEBUAH PROPINSI BARU? SEBAB DARI DULU SAMPAI SEKARANG YANG MAMPU DAN BERHASIL DALAM MEMIMPIN SUMATERA UTARA TERCINTA INI ADALAH ORANG-ORANG MANDAILING DAN MELAYU.
SEDANGKAN ORANG-ORANG BATAK CUKUP HANYA JADI PENONTON ( BAGUSLAH ITU, SENANG KALI KAMI ).

MENGAPA ORANG-ORANG BATAK TOBA SANGAT INGIN MEMBUAT IDENTITAS ORANG-ORANG MANDAILING AGAR MASUK KEDALAM BANGSA BATAK? ITULAH SIKAP BUSUK HATI ORANG-ORANG BATAK TOBA TADI ( KHUSUSNYA SI ROBERT MANURUNG YANG KURANG AJAR INI ), MUNGKIN DIKARENAKAN DIDIKAN YANG GAK BENAR DARI ORANG TUANYA. SUNGGUH MEMPRIHATINKAN SEKALI TENTUNYA.

SEPERTI YANG SAYA KATAKAN DI ATAS BAHWA ORANG-ORANG MANDAILING MEMILIKI PENGARUH POLITIK YANG SANGAT KUAT DAN JIKA INI DI GUNAKAN DENGAN SEBAIK MUNGKIN MAKA KEKUATAN PENGGABUNGAN INI AKAN MENJADI SOLID TENTUNYA. TETAPI INI TIDAK AKAN PERNAH TERWUJUD SEBAB ORANG-ORANG MANDAILING SENDIRI SUDAH JAUH LEBIH SOLID DAN AKAN SELALU JAUH MELANGKAH LEBIH AWAL KE DEPAN DARI ORANG-ORANG BATAK TOBA INI ( SUDAH TIDAK DIPUNGKIRI LAGI SEBAB INI SUDAH TERBUKTI ).
JADI DI BUATLAH CERITA-CERITA OLEH ORANG-ORANG BATAK INI YANG SANGAT MENJELEKKAN ORANG-ORANG MANDAILING.

MANDAILING TETAP MEMILIKI IDENTITAS NYA SENDIRI YANG UNIK DAN SANGAT TIDAK MUNGKIN HARUS DISAMAKAN DENGAN BATAK.

BELAJARLAH YANG LEBIH RAJIN KAU ROBERT MANURUNG, ORANG BATAK TOBA SEPERTI KAU INI JANGAN JADI SAMPAHNYA ORANG-ORANG BATAK TOBA YANG TAUNYA HANYA BUAT CERITA KONYOL.

DENGAN BERANINYA KAU BAWA NAMA BATAK DI SINI, SAMA SAJA DENGAN MENJELEKKAN SUKU KAUM BATAK TOBA KAU SENDIRI (SUNGGUH MEMALUKAN).

KEPADA SAUDARA-SAUDARAKU ORANG MANDAILING,
JANGAN DIPERCAYA CERITA-CERITA KARANGAN ORANG- ORANG BATAK JELEBAU DAN IRI HATI SEPERTI SI ROBERT MANURUNG DAN KOMPLOTANNYA.

YANG MEMBESARKAN NAMA ORANG-ORANG BATAK TOBA ITU SENDIRI ADALAH ORANG-ORANG MANDAILING DIKARENAKAN KEBAIKAN HATI ORANG-ORANG MANDAILING, TETAPI MALAH DIBALAS DENGAN AIR TUBA ATAU MUNGKIN AIR TUAKNYA BATAK TOBA.
DASAR TIDAK TAU BERTERIMA KASIH KALIAN ORANG-ORANG BATAK TOBA.

TETAPLAH JAYA MANDAILING KU.

MANDAILING IS GREAT.

@ Lubis Singasaro

Terima kasih karena Anda telah menyempatkan berkomentar di sini, dan bahkan mengajak berdiskusi secara rasional, terbuka, dan obyektif. Aku sangat menghargai kesantunan Anda.

Baiklah aku tanggapi.

Komentar Anda :

“…Saya kira saudara saya Abdur Razzaq Lubis tidak pernah menjelek-jelekkan saudara maupun orang Batak, mengapa anda sepertinya ingin menghasut dan “membunuh karakter” saudara tsb sebagai aktor pemecah-belah bangso batak ? “

Tanggapanku :

Sebaiknya Anda jangan mengajukan pendapat yang spekulatif, dan kemudian menjadikannya sebagai argumen menyalahkan aku.

Silakan googling kata “mandailing”, maka akan muncul macam-macam blog yang merupakan bagian dari jaringan “perang persepsi” yang digerakkan oleh saudara Abdur Razaq Lubis. Baca semua artikel yang ada di sana. Pastikan bahwa tidak satu kalimatpun di situ yang bisa menyinggung perasaan teman-teman Batak dari Mandailing atau dari Toba; barulah Anda kembali ke sini untuk diskusi dengan aku.

Oh ya, aku tidak punya masalah pribadi dengan saudara Abdur Razaq Lubis atau siapapun yang seperjuangan dengan dia. Apa yang kutulis dalam artikel di atas adalah hak dan tanggung jawabku sebagai orang Batak, untuk mengingatkan siapa saja yang peduli, bahwa ada suatu usaha yang serius, sistematis dan terorganisir untuk menyangkal kebatakan orang Mandailing.

Hal ini sangat penting artinya bagi orang-orang Mandailing yang secara turun-turun menghayati eksistensinya sebagai manusia Batak, dan bagi orang Batak keseluruhan yang berkepentingan memelihara persaudaraan etnis Batak.

Terima kasih.
Horas

@Robert Manurung

Saya kira akan lebih baik anda kemukakan sendiri di sini mana pernyataan-pernyataan beliau itu yang “menyinggung perasaan” anda dan teman-teman agar saya tidak berspekulasi, karena yang merasa tersinggung kan anda, tentu sulit bagi saya untuk menerka-nerka bagian mana yang membuat anda tersinggung. Saya tunggulah dari anda untuk kita diskusikan nanti.

Bahwa ada suatu usaha yang serius, sistematis dan terorganisir untuk menyangkal kebatakan orang Mandailing, kalaupun anda simpulkan demikian, apanya yang salah dari usaha seperti itu ? Bukankah melalui blog ini juga anda melakukan hal yang sama untuk menegakkan kebatakan sesuai yang anda pahami, dan saya kira Abdur Razzaq Lubis dkk juga melakukan apa yang mereka yakini sebagai kebenaran bahwa Mandailing memang bukan Batak. Lalu, adakah dunia ini terguncang dengan hal tersebut ?

Kalau anda sangat peduli dengan orang-orang Mandailing yang –menurut anda– secara turun-turun menghayati eksistensinya sebagai manusia Batak, saya kira patutlah anda juga menghormati jutaan orang Mandailing yang juga menghayati eksistensinya sebagai orang Mandailing yang bukan Batak.

Dari zaman bahula, atau saya sebutkan sajalah yang lebih eksak ialah dari zaman kolonial, masalah penyanggahan orang Mandailing soal kebatakan ini sudah ada, mengapa anda menjadi sangat peduli sekarang ? Bukankah sejak zaman itu tidak pernah ada konflik terbuka antara orang Mandailing dan orang Batak ? Konflik yang pernah terjadi justru adalah antara orang Mandailing dengan orang “Mandailing Batak” yang semula mengaku dirinya orang Mandailing tapi kemudian mengakui sebagai Batak, di Medan pada awal tahun 1920-an, bersengketa soal tanah wakaf pekuburan yang sampai hari ini masih bernama Tanah Wakaf Pekuburan Mandailing di Sungai Mati. Usaha sistematis dan terorganisir justru dilakukan oleh pihak lain yang ingin benar-benar memanipulasi fakta dan dengan segala cara “memaksakan” pendapat bahwa Mandailing adalah bagian dari Batak. Jadi yang dilakukan oleh Abdur-Razzaq melalui blog atau web, atau oleh sebagian orang Mandailing yang mengetahui fakta historis itu, termasuk saya sendiri, tidak lain adalah untuk membuka selubung kepalsuan sejarah itu. Bahwa akan ada yang terusik dengan itu sudah pasti, karena hegemoni pemikiran yang sudah tertanam selama puluhan tahun membuat banyak orang tak nyaman. Tetapi kebenaran sejarah tidak akan bisa ditutup-tutupi. Di era sekarang yang lebih mengedepankan semangat multikulturalisme, tak ada yang salah ketika sebuah kelompok etnik sekecil apapaun ukuran mereka, untuk menyatakan eksistensi mereka sesuai dengan yang mereka ketahui, pahami dan yakini.

Sedikit lagi, patut juga untuk dicatat bahwa Sensus penduduk pertama di Hindia Belanda, yang dilaksanakan pada tahun 1930, nyata-nyata di sana dicantumkan Mandailing, terpisah dari Batak. Cobalah anda membuka data-data sensus masa itu, khususnya di Medan dan Sumatera Timur, jelas-jelas dicantumkan disana Mandailing, lain dari Batak. Apakah menurut saudara-saudara penyebutan Mandailing di sensus itu terkait dengan wilayah geografis ? Jelas tidak, melainkan sebuah suku bangsa ! Tetapi banyak penanggap yang ngawur di blog ini dengan mengatakan bahwa Mandailing hanya sebuah wilayah geografis ! Contoh sensus itu sudah nyata-nyata mementahkan argumentasi tersebut.

Bagaimanapun, saya tetap berterima kasih kepada anda yang sejauh ini masih fair dengan menyajikan semua komentar yang pro dan kontra soal ini.

Horas

salam damai…
mudah2an masih menggunakan pendekatan DAMAI DAN KASIH

namun masih tetap melanggar batas2 yang telah disetujui..demi ALLAH yang HIDUP kita berhak mempertahankannya,hanya melalui IZIN ALLAH JESUS

marilah kita untuk tidak melihat ini sebagai perang BUDAYA, namun ini masalah batas2 wilayah.

mengenai MANDAILING MALAYSIA apakah BATAK atau tidak? saya rasa buat siapa aja orang BATAK jangan mudah terpancing emosinya…karena tidaklah ada gunanya JIKA KITA EMOSI DAN TERPROVOKASI alangkah baiknya kita memperbaiki dari dalam dulu…SUDAHKAH KITA BATAK TOBA KRISTEN menjadi anak TUHAN???biarlah ALLAH JESUS menjadi ALLAH YANG MENUNTUN KITA.

percayalah dan ikuti firman ALLAH niscaya kita menjadi bangsa PILIHAN ALLAH…mari bangkit wahai ANAK-ANAK ALLAH YESUS…

PERCAYALAH…SUATU SAAT AKAN MUNCUL RAJA YANG MENJADI RAJA YANG KUDUS DI BANGSA BATAK KHUSUSNYA KRISTEN.

amin

molo hamu akka na marbisuk…
molo hamu akka dongan na masihol tu TUHAN…

bereng hamu akka TONA-TONA,PODA-PODA ni akka RAJA-RAJA,OMPUNG-OMPUNG manang PANDITA-PANDITA PARMALIM sian TURI-TURIAN na dipasahat tu hita generasi penerus halak BATAK…

ingkon ro sada RAJA NASIAK BAGI NALAMBOK MALILUNG di tonga2 BANGSO BATAK…

unang hamu lupa di TONA-TONA ni akka jolma najolo..

ok.hu lehon sada bukti boasa na JESUS i ima RAJA NASIAK BAGI (holan goarna do naberbeda ale molo artina dos do) ro di TANO BATAK…

BOASA ADONG TURI-TURIAN NA MANDOK…RAJA NASIAK BAGI di halak BATAK TOBA…

namarbisuk asa mangattusi jala lam jonok tu JAHOWA JESUS
butima.

Ahu Batak Keren 😉

@ Lubis Singasoro

Andalah yang memulai pernyataan dengan,”Saya kira saudara saya Abdur Razzaq Lubis tidak pernah menjelek-jelekkan saudara maupun orang Batak…”.

Kata “saya kira” itu menunjukkan penilaian Anda, dan terasa ragu-ragu, jadi yakinkanlah dulu diri Anda, supaya diskusi kita berdasar, obyektif dan bermanfaat.

Buat aku dan para pengunjung blog ini, soal itu sudah jelas. Buktinya hanya Anda yang membuat sanggahan demikian.

Oh ya, aku tidak keberatan sedikitpun kalau ada unsur-unsur etnis Batak yang mendeklarasikan diri BUKAN BATAK. Silakan, kita hidup di dunia yang bebas, dan aku sangat menghormati HAM.

Mengenai kenapa aku menanggapi gerakan dari Malaysia itu, tak perlu kuulangi lagi di sini, karena sudah kujelaskan di atas.

Mauliate
Horas.

Saya sangat mendukung bahwa Mandailing adalah bagian dari Batak…kalau mau dipersempit, hal itu sama saja dengan kenyataan di dalam etnis Batak Toba itu masih bisa dirinci lagi menjadi 4 pembagian sub etnisnya: Toba, Humbang, Silindung, dan Samosir, lengkap dengan segala tempat, marga, dan kekhasan adat2 tertentu. Meskipun demikian faktanya, semua manusianya merupakan pendukung etnis Batak Toba. Sampai di sini masalah itu selesai. Nah, tentang Mandailing itu pun sama saja. Andai ada teropong besar yg memampukan kita meliha jauh dari atas dan jauh ke masa lalu, perkembangan etnis Batak itu memang menuju pada pembentukan sub2 yang menyesuaikan diri dengan lokasi beranak pinak barunya. Dengan “teropong” itu juga, kita akan dengan RENDAH HATI akan mengakui entah itu Toba atau Mandailing, dan puak2 Batak lainnya, adalah hasil perkembangan evolusioner dari sebuah bangsa yang bernama Batak. Jadi, lae Manurung, sabar sajalah dengan tulisan2 lae Lubis itu. Dia sama kayaknya dengan posisi orang yang berusaha berargumentasi alternatif dalam sebuah debat yang cukup terkenal, yaitu: APAKAH LEBIH DULUAN ADA, TELUR ATAU AYAM….si Lae Lubis itu berada di posisi org yang berkata, TELUR DULUAN MUNCUL, meskipun hati nurani kebanyakan org berkata: AYAM DULUANLAH YG DICIPTAKAN TUHAN BARU ADA TELUR. Nah, lae Lubis itu hanyalah seorang person, tdk mewakili semua pemilik marga Lubis atau Mandailing keseluruhan, dia bisa saja berangkat dari perjalanan historis pribadinya yang barangkali terbiasa “merdeka” utk tampil beda…Jangan ditanggapi, lae Manurung, Lae Lubis memang maunya begitu, dia seperti saya bilang tadi, maunya dia bilang telur duluan, trus lu maunya apa…nah bikin kita sewot kan kalau ditanggapi serius. Sebagai bahan masukan n perenungan: orang Madura dan Bali yg jelas2 sudah tercantum dlm catatan pemerintahan Hindia Belanda sebagai suku Madura dan Bali, sampai saat ini tetap mengakui mereka masih masuk dalam rumpun suku Jawa. Jadi, catatan historis era kolonial boleh menorehkan kata Mandailing sbg catatan terpisah dari Batak seperti data lae Lubis itu, toh bukti hidup yakni keseharian kitalah yang seharusnya kita pegang, bukan pada benda mati. Mari seperti orang Madura dan Bali itu, tetap dengan RENDAH HATI mau mengakui mereka bagian dari suku Jawa..yuk….botima.

Sebagai bahan tambahan, saya mau lemparkan pertanyaan untuk dijawab lae Lubis: selain kesamaan agama, apakah ada persamaan adat istiadat, bahasa, aksara, pakaian ulos, dan rumah adat antara Mandailing dan Minangkabau? Bisa jadi lae tidak bermaksud mendukung pernyataan bahwa Madailing adalah bagian dari Minangkabau, tetapi tendensi ke arah itu cukup kuat tampak bagi siapa saja yang membaca “pembelaan” lae ke si orang Malaysia begu attuk itu.

@ Parlindungan Sihotang

Sependapat dengan lae.. semua tetap bersuku batak, jangan mau kita terpecah-pecah..

Tanggapan Lubis Singasoro itu tanggapan pribadi atau golongan saja, sama sekali tidak mewakili keseluruhan masyarakat mandailing, apalagi marga Lubis!!

@ Semuanya

Sejak artikel ini aku posting, ada beberapa komentar yang senada dengan komentar Lubis Singasoro; yang seolah-olah mau diskusi tapi sebenarnya hanya ingin memaksakan pendapat sendiri. Bedanya, kalau saudara Lubis Singasaro tetap menjaga kesantunan, komentar dari “rekan-rekannya” sangat kasar dan penuh maki-makian.

Aku putuskan untuk tidak meloloskan komentar-komentar sampah itu, karena tidak ada manfaatnya; dan hanya akan merendahkan martabat yang bersangkutan. Aku merasa berkewajiban untuk mencegah orang mempermalukan dirinya di blog ini, maka terpaksa tak kuloloskan.

Di sisi lain, pihak “malingsia” memang sangat berambisi agar berbagai postingan di ratusan blog yang mereka miliki menjadi perhatian semua orang, khususnya etnis Batak. Karena menyadari itulah, sampai sekarang aku tak pernah lagi mengutip apapun yang mereka tulis, setelah dulu aku merepost tulisan Abdur Rozaq Lubis di blog ini.

Menurut pendapatku, kita memang harus waspada dengan imperialisme budaya yang dilancarkan dari luar; dan akan lebih baik kalau kita mengkategorikannya sebagai kepentingan nasional Malaysia. Tapi, janganlah kita menari dengan gendang mereka; dalam arti bahan-bahan publikasi mereka tak usah direposting di blog-blog dan media massa di Indonesia.

Terima kasih.
Horas.

@Parlindungan Sihotang

Saya tidak pernah sekalipun mengatakan bahwa Mandailing sama, mirip atau berasal-usul dari Minang, jadi pertanyaan anda tidak perlu saya jawab. Saya mau menyatakan bahwa Mandailing adalah sebuah kelompok etnis yang memiliki suatu kebudayaan sebagai identitasnya. Bahwa ada persamaan-persamaan unsur kebudayaan dengan etnis Toba, sebagai salah satu contoh, menurut pandangan saya tidak otomatis menunjukkan bahwa mereka adalah satu.

Saya sarankan kepada anda untuk tetap berpolemik secara beradab, karena penyebutan terminologi seperti “begu attuk” di atas saya kira mencerminkan suasana emosionalitas yang labil, marah, geram dan tidak bisa menerima pandangan yang berbeda. Biasakanlah akrab dengan perbedaan pendapat sepanjang masing-masing bisa mengajukan argumentasi yang logis dan terpertanggung-jawabkan.

@Hanafi Lubis
Terus terang saya kasihan sekali melihat orang-orang berlabel Mandailing (jika dilihat dari marganya) di blog ini yang taunya manut aja sama pendapat saudara-saudara dari Toba, tanpa memberikan argumentasi pendukung. Kalau di kampung saya sana, orang seperti itu biasa dijuluki “Si Badu olo !”, dan orang yang dijuluki demikian biasanya merasa sangat (maaf) terhinakan.

Perlu anda pahami bahwa pendapat anda juga bukan mewakili keseluruhan masyarakat Mandailing, apalagi marga Lubis !. Memang tidak seorangpun di forum blog ini bisa mengatasnamakan suatu kelompok etnis apalagi bangsa, karena secara prosedural metodologis tidak bisa dilakukan pemungutan suara lewat blog ini. Yang kita lakukan disini adalah beradu argumentasi berdasarkan pengetahuan, pemahaman, bukti-bukti, argumentasi dan keyakinan masing-masing atas pendapatnya. Oleh karena itulah, yang lebih diperlukan adalah dukungan argumen dari setap pendapat, bukan sekedar menjadi “Si Badu Olo !. Santabi di kahanggi i.

@Robert Manururung

Meskipun anda memutuskan untuk tidak memuat komentar “rekan-rekan” lain yang senada dengan saya, karena itu memang hak anda sebagai moderator, satu hal saya kira patut saya hargai dari anda. Yaitu, dengan menyatakan bahwa ada komentar-komentar lain yang berbeda dengan arus besar di blog ini, saya kira implisit hal itu merupakan sebuah pengakuan bahwa banyak orang di luar sana yang tidak semuanya sependapat dengan haluan yang anda bangun, khususnya soal Mandailing versus Batak.

Saya sangat setuju untuk menapis komentar-komentar yang disampaikan secara vulgar atau kasar. Namun demikian, saya anjurkan agar anda bisa juga fair dalam menerapkan ukuran “kekasaran”, karena beberapa komentator dari pendukung pandangan anda juga ada yang menurut hemat saya cukup kasar.

Sampai ketemu lagi di lain waktu. Mauliate

@ Lubis Singasaro

Menurut ukuran kesopanan yang aku miliki sebagai orang Batak, aku ingin sekali menyapa Anda dengan sebutan “lae”. Tapi, berhubung Anda sudah tegas-tegas menyatakan bukan Batak, terpaksa keinginan itu aku urungkan.

Baiklah ipar Lubis. Aku yakin kita bisa saling mengerti, bahwa tujuan diskusi di blog ini mengenai “orang Mandailing itu Batak atau bukan” adalah usaha untuk membangun dialog budaya. Dan untuk sementara ini dialog tersebut telah berjalan dengan sangat baik, meski terkadang diselingi adu pendapat yang panas. Itu bisa terjadi justru karena kita begitu dekatnya, sehingga lebih sensitif daripada saat berbeda pendapat dengan etnis non-batak.

Terlalu naiflah kalau kita ingin menjadi penentu kebenaran sebuah diskusi yang telah berlangsung lama. Bukan itu tujuan kita di sini. Tujuan kita adalah mendorong masyarakat Batak (termasuk orang Mandailing yang menyangkal sebagai orang Batak), untuk mendiskusikan soal semacam ini secara terbuka. Dengan demikian kebekuan komunikasi akan mencair, dan pada akhirnya kita tak perlu pusing-puising lagi mendiskusikan masalah itu.

Pasalnya, begitu terbentuk interaksi yang bebas dari intrik politik, maka seluruh etnis Batak akan tertawa, menangis, bertengkar, dan saling mendukung dengan lugas.

Terima kasih ipar.
Horas.

@ LUBIS SINGASORO

Santailah bung… kok sepertinya gaya bicara anda sudah seakan-akan anda yang punya blog? seakan-akan anda yang paling tahu soal adat di mandailing?

Harusnya anda malu bung, krn sebenarnya anda yang paling tidak tahu tentang semua itu.. bisanya hanya omong doang..

buktinya dong om… memaparkan masalah dalihan na tolu sok tahunya bukan main… menjelasakan mengapa banyak unsur kebudayaan mandailing yang sama dengan toba, anda tidak bisa .. anda cuma mampu bilang:

“menurut pandangan saya tidak otomatis menunjukkan bahwa mereka adalah satu”

kalau dulunya tidak satu mengapa bisa sama??? kebetulan??? atau salah satunya ada yang nyontek?? hah.. masa sih???
kok banyak marga yang sama juga?? kebetulan lagi?? nyontek lagi??

Dirambas pilo-pilo,
Na disoksong ni aek nabara,
Muda binaen na mangido,
Tola adong tola suada!!

dari dulunya suku batak ya sampe sekarang juga suku batak lah… bukan “suku mandailing” bukan juga melayu… hahahaha

ingot hamu ma martamiang,ulaon ma hatani jahowa jesus…alana burju jala lambas do rohani tuhan jahowa i…

ingot ma on…sude halak boi do mandok au sintong,hami do na bonar…alai sada ma parate-ateon hamu dongan…MOLO TU TUHAN JAHOWA i ndang boi songoni…ingkon ias roha jala partondion ta mambege soara ni tuhan jahowa jesus i.

ndang boi hita margabus tu tuhan jahowa i…PORSEA MA I

gabe ma hita sude halak batak toba kristen mambege HAHOLONGI TUHAN JAHOWA I SIAN HAIASON TONDI,ROHA DOHOT DAGING TA,
SONGONI MA MUSE HAHOLONGI HAMU MA DONGAN MUNA SONGON MANGHAHOLONGI DIRI MUNA SANDIRI.

ASA RO TONDI SIAN SURGO MANDONGANI HITA HALAK BATAK TOBA

HORAS…SAI ANGGIAT MA NIAN LAMBOK JALA BENGET HITA SUDE MAROHA.PORSEA MA I.
AMEN

ALLELUYAH

@ Lubis Singasoro

Saudara Lubis Singasoro yang kurang kami hormati, loe sok mengerti tapi tidak mengerti, bahwa blog ini ingin menggalang persatuan bangsa dan negara ini melalui keberagaman suku. Koq malah loe terusik dengan persatuan warga blog di sini. Kalo loe tidak senang, pigi aja ke Malaysia sana biar jelas siapa lawan siapa kawan. Tak usah pun kau merasa Batak tidak ada ruginya dengan persatuan kami sebagai warga negara yang cinta Indonesia di blog ini

@Robert Manurung

Pasalnya, begitu terbentuk interaksi yang bebas dari intrik politik, maka seluruh etnis Batak akan tertawa, menangis, bertengkar, dan saling mendukung dengan lugas.

Mangstap, Lae. U are really doing a moderator role.

regards,

Lionel

@ Robert Manurung.

Keinginan anda untuk selalu mendiskreditkan Orang Mandailing hanya akan tetap jadi bahan tertawaan.

Tak ada yang perlu disangkal, mulai dari ide-ide yang memang sudah terlihat bahwa anda memasukkan Orang Mandailing sebagai target anda melalui blog ini dan ternyata anda sendiri sangat tidak siap dengan apa yang akan terjadi.
Judul-judul dan cerita-cerita yang memang patut dikatakan sampah sebenarnya adalah cerita-cerita hasil karangan anda dan komplotan anda.

Bagaimana anda mampu membangun image yang baik padahal anda sendiri tidak senang dengan kemampuan dan identitas Orang Mandailing yang tidak pernah mengakui Batak.

Fokus lah lebih kepada suku Batakmu saja, jangan sibuk mencari musuh seperti yang sedang anda lakukan sekarang.
Kalau anda benci terhadap sikap dan tingkah laku Malaysia, maka rasa benci itu seharusnya harus tetap di letakkan pada tempatnya, dan bukannya memasukkan unsur Mandailing kedalamnya, dari sini dapat di lihat betapa antinya anda dengan Orang Mandailing.

Kalaulah Orang Mandailing yang memerintah Malaysia, maka sudah sangat jelas tidak akan setega itu Orang Mandailing melakukan hal-hal yang anda anggap menyimpang. Bahkan mungkin anda sendiri merubah keinginan anda untuk mempromosikan Mandailing, bukannya membencinya.

Tapi sudahkah anda tau apakah ada Orang Mandailing yang terlibat dengan penyiksaan para TKI yang ada di sana?
Mayoritas yang melakukan kekerasan tersebut adalah Orang Malaysia keturunan Chinese dan India.

Anda sendiri tau apa tentang Malaysia? Berapa lama anda di Malaysia?
Anda itu taunya hanya jago kandang.
Coba anda didik orang-orang Batak Toba yang sudah kelewatan akan sikap dan tingkah laku mereka ketika terjadi kekerasan, bahkan dengan teganya sanggup menghilangkan nyawa seorang Anggota DPRD YANG ASLI MERUPAKAN WARGA ASLI INDONESIA, DASAR TIDAK BERPRIKEMANUSIAAN. Orang-orang Batak Toba saudaramu itu yang seharusnya kau didik. Biar mereka tidak jadi BARBARIAN. Sungguh memalukan dengan teganya sanggup menghilangkan nyawa sesama Warga Negara Sendiri.

@ Robinson Sihotang.

ini pun untuk kau juga, TIDAK ADA YANG MENGHORMATI KAU DISINI. SEBAB KAU TIDAK TAU BAGAIMANA CARANYA MENGHORMATI ORANG LAIN. URUS SAJA SUKU BATAK TOBAMU ITU.

@ Bonaris Rumahorbo

Anda itu tidak tahu Siapa itu Indonesia dan Siapa itu Malaysia.
sebuah Negara itu berdiri karena ada masyarakat di dalamnya dan di dalam sebuah
Fokus lah lebih kepada suku Batakmu saja, jangan sibuk mencari musuh seperti yang sedang anda lakukan sekarang.
Kalau anda benci terhadap sikap dan tingkah laku Malaysia, maka rasa benci itu seharusnya harus tetap di letakkan pada tempatnya, dan bukannya memasukkan unsur Mandailing kedalamnya, dari sini dapat di lihat betapa antinya anda dengan Orang Mandailing.

Kalaulah Orang Mandailing yang memerintah Malaysia, maka sudah sangat jelas tidak akan setega itu Orang Mandailing melakukan hal-hal yang anda anggap menyimpang. Bahkan mungkin anda sendiri merubah keinginan anda untuk mempromosikan Mandailing, bukannya membencinya.

Tapi sudahkah anda tau apakah ada Orang Mandailing yang terlibat dengan penyiksaan para TKI yang ada di sana?
Mayoritas yang melakukan kekerasan tersebut adalah Orang Malaysia keturunan Chinese dan India.

Anda sendiri tau apa tentang Malaysia? Berapa lama anda di Malaysia?
Anda itu taunya hanya jago kandang.
Coba anda didik orang-orang Batak Toba yang sudah kelewatan akan sikap dan tingkah laku mereka ketika terjadi kekerasan, bahkan dengan teganya sanggup menghilangkan nyawa seorang Anggota DPRD YANG ASLI MERUPAKAN WARGA ASLI INDONESIA, DASAR TIDAK BERPRIKEMANUSIAAN. Orang-orang Batak Toba saudaramu itu yang seharusnya kau didik. Biar mereka tidak jadi BARBARIAN. Sungguh memalukan dengan teganya sanggup menghilangkan nyawa sesama Warga Negara Sendiri.

Banyak-banyak lah kalian berfikir biar tambah pintar, jangan asal ASBUN. ASAL BUNYI DAN KOSONG.

Setuju banget ama semua lae/appara yang mengomentari pendapat si “Lae?” Lubis Singasoro….pernyataan “tidak” otomatis” sungguh menggelikan dan mengerikan….mengapa orang Vietnam, Laos, Kamboja disebut-sebut sebagai Indochina? Apakah itu juga masih belum membuat “saudara jauh” (ini kayaknya diminta oleh Lae Singasoro untuk disapa) yakin bahwa itu disebabkan karena kedekatan budaya mereka dengan China? Seakan-akan untuk kasus 3 negara sahabat itu Anda mau mengatakan begini: MESKIPUN DEMIKIAN, TIDAK OTOMATIS MEREKA DIKATAKAN SEBAGAI INDOCHINA, MEREKA TETAPLAH VIETNAM, LAOS, DAN KAMBOJA. Jangankan antara wilayah Batak Toba dan Batak Mandailing yang sedaratan, antara Indonesia dan Madagaskar saja (Anda tahu tidak lokasinya di mana?) semua ahli sejarah mengatakan, akar bahasa dan budaya keduanya adalah sama, yaitu sama2 rumpun Austronesia, nah, mengapa Madagaskar yang sangat dekat dengan Afrika tidak disebut berkebudayaan Swahili atau Bantu seperti di Afrika? “Tidak otomatis” lagi yang mau Anda katakan bahwa orang Madagaskar terhitung sebagai rumpun Melayu? Walah-walah, saudara jauh….begitu antinya Anda dengan kesejarahan sukumu sendiri….tentang kata “begu attuk” itu, itu bukan masalah kesopanan, bung…itu ungkapan betapa memang orang Malaysia selalu bikin onar….apakah Anda sama sekali tidak pernah melontarkan sesuatu yang di orang lain terasa kasar, tetapi Anda tidak berniat kasar seperti itu, hanya karena Anda jengkel dibuatnya??? Anda sendiri toh berani menyamakan lae Hanafi Lubis dengan istilah yang Anda ambil dari kampung halaman, memang Anda sudah bisa buktikan kalau memang sudah demikian julukan yang tepat bagi seseorang yang dalam forum ini berhak berpendapat? Mari kita rayakan kebersamaan yang ada di antara kita, bukan menari-nari melihat kita pecah, tetapi orang lain mengeruk senyum dan keuntungan.

Introduce me I’m harry
hello my friends is my first time to visiting here, wow ur blog is very good and ur articles is very awesome, i’m glad to be here for read it. thanks for share anything. is a place to learn something

@ Zulfikar Akbar Nasution

Anda ingin tahu penilaianku mengenai Malaysia ?

Inilah Malaysia menurut penilaianku :

1. Negara yang memfasilitasi penjarahan hutan Indonesia di Kalimantan.

2. Negara tetangga yang membuka perbatasannya supaya orang Indonesia masuk (apakah Anda atau sanak saudara Anda termasuk ?), lalu dibujuk menjadi warga negara sana, supaya jumlah etnis Melayu tetap unggul secara signifikan atas etnis Cina.

3. Negara yang memperlakukan warga negara Indonesia secara biadab, yaitu diusir seperti hewan pada saat tak dibutuhkan lagi.

4. Negara yang mengaku bersahabat dengan Indonesia, tapi membiarkan 70.000 anak-anak TKI tidak bersekolah, karena negara itu menganggap TKI seperti budak.

Pembelaan Anda, bahwa yang menyiksa TKI adalah etnis Cina dan India, itu menunjukkan Anda tidak paham apa yang Anda katakan. Mau etnis apapun itu, mereka adalah warga negara Malaysia. Paham awak ?

Mengenai Mandailing, tak usahlah Anda memecah-belah di sini. Tidak akan mempan. Para pembaca blog ini adalah orang-orang yang cerdas dan independen. Tidak seperti Anda yang tampaknya sangat takut kalau tulisan-tulisan di blog ini akan menyadarkan orang-orang Batak dari Mandailing, bahwa peranakan Batak Mandailing di Malaysia sudah jadi warga negara sana. Kepentingan nasionalnya sudah berbeda, dan bahkan bertentangan !

Silakan Anda bela Malaysia sampai mati. Itu tidak akan mengubah pandangan rakyat Indonesia terhadap negara tetangga yang congkak dan tak tahu diri itu. FYI : dalam doktrin TNI yang baru, negara jiran itu dikategorikan sebagai potensi ancaman nomor satu bagi keamanan nasional Indonesia. Jelas ?

PS : kalau Anda memang pandai, buktikan saja. Tapi, kalau Anda hanya sibuk mengatakan orang lain bodoh, itu adalah bentuk INVERTED CONFESSION (mudah-mudahan Anda tahu artinya).

Buat lae Zulfikar Akbar Nasution: SAYANG SEKALI YA, NAMA LAE YANG INDAH INDAH ITU GAK SEINDAH KEARIFAN YANG LAE MILIKI DALAM BERTANDANG KE RUANG PUBLIK YANG JELAS-JELAS KITA CUMA PEMAKAINYA DOANG, KITA INI SEMUA TAMU PEMILIK BLOG INI. JAGALAH HATI, JANGANLAH KAU NODAI, TOLONG DIHAFAL SIANG MALAM, LAEKU….baru hal wacana begini Anda sudah “ngamuk” di blog orang, apakah tidak wajar orang2 pembela Protap mengamuk pada sebuah impian berkepanjangan yang tertunda-tunda dan tertelan-telan oleh aneka janji yang tak jelas???? Wahai laeku, jangan cepat panas, redam emosi dengan memaknai namamu itu, keren tahu orang tua Lae kasih nama itu….horas horas ma di hamuna, laekku…wilayah diskusi do on, bukan pamer kebencian, dosa atuh…

@Zulfikar Akbar

Sorry ya, aku tidak mbuat margamu tuh, karena ada saudara2 kami Mandailing mengakui kelian masuk Batak, jadi karena kau bukan Batak tidak usahlah pake marga, ok. Ternyata kaupun sama juga dengan dongan Lubis Singasoro, sama dengan yang kau bilang tong kosong berkarat ASBUN. Kau jgn bawa2 protap dalam thema dan judul di atas. Membangun kebersamaan nasionalitas Indonesia dari suku Batak yang kita harapkan, bukan persepsi kelian yang memang sudah benci melihat ketidaksopanan para demostrasi saat unjuk rasa yang mengakibatkan Bapak Azis Angkat meninggal dunia. Bijak dan sopan kau sedikit ngomong. Kebetulan saja saat itu ketua DPRD dari suku Pakpak dan beragama Islam, coba dari suku Batak dan beragama Kristen apakah kau juga seperti sekarang ini bencinya kepada suku Terkeren didunia yakni BATAK. Capek para lae dan abang2 di atas menyadarkan keberadaan kelian, kalo tidak diterima ya kelaut aja kelian.

Jadi ringkas saja!
Begini: Mungkin nenekmoyanya si Zulfikar Akbar Bukan Nasution dan Singasaro Bukan Lubis (selanjutnya disebut Zulfikar Akbar dan Singasaro TANPA MARGA) datang merantau ke Malaysia berenang dengan modal kolor, kemudian jadi kuli, kemudian sekolah, lalu tahulah cara berinternet! Setelah bergabung di Malaysia, bingung mau mengaku jadi orang mana, lalu Melayu bukan, Minang bukan, Jawa apalagi. Sedangkan jadi Batak, malu dia atau tak suka karena banyak nasarani. Nah, lebih amanlah jadi Mandailing….itu semua mungkin, dan ribuan alasan lain yang kita tak diberitahu! Sebab bisa saja memang salasatu dari nenemoyang mereka pernah cerita:…”nak, sebenarnya nenemoyang kita dulu datang dari zasirah arab…lalu gabung dengan

L***s Singasoro dan Zulfikar Akbar N******n (maaf saya sensor marganya, tidak pantas sebenarnya marga itu buat mereka), sepertinya mereka pakai marga tempelan… tidak tahu mereka tentang Mandailing, mungkin terlalu jauh bergaul dengan orang malaysia atau melayu…

@All :
Inda adong guna na hamu martongkar hara ni mandailing sanga batak. Hami alak angkola (TAPSEL) sarupo do di hami sude halak batak. Adong toba, pakpak, simalungun, angkola, dohot mandailing.
Botima.

Ima tutu……………

@ Naraja

Saya menanggapi sedikit tentang anda di sini karena anda memasukkan nama saya ketika mengomentari bung Zulfikar Akbar Nasution. Saya kira saya akan menjadikan diri saya terlalu bodoh untuk berdiskusi dengan anda, karena anda berbicara atas nama perasaan (antipati) bukan berdasarkan pemikiran yang logis dan sehat. Saya ingin bertanya kepada anda, dan tolong dijawab dengan pikiran waras : darimana anda mendapat hak untuk menanggalkan marga saya dan bung Akbar ? Saya kira watak hegemonik, chauvinistik dan “besar kepala” orang Batak Toba itulah pangkal dari banyak masalah yang dipertengkarkan di sini, dan itu sangat kental dari diskusi-diskusi di blog ini. Saya sangat setuju dengan bung Akbar bahwa blog ini (yang memang dimiliki orang Batak Toba) memang didesain untuk mendiskreditkan orang Mandailing.

@Hanafi Lubis

Anda belum menjawab tantangan saya untuk menyebutkan dimana asal kampungmu di Mandailing dan siapa nama leluhurmu di sana. Itu saya kira sangat penting, kalau kita ingin diskusi dengan akal sehat, karena terus terang saya meragukan sekali bahwa anda benar-benar berasal dari “tno rura’ Mandailing, tano sere, tano omas sigumorsing. Anda hanya pandai menuding orang tidak tahu mengenai Mandailing, tapi anda sendiri tidak pernah mengemukakan argumen dan pengetahuan anda tentang mandailing. Cuma asbun ! klau anda ingin mengenal mandailing, cobalah kunjungi group “hata mandailing di dunia datar” melalui facebook. Disitu akan diuji apakah benar-benar seorang mandailing atau bukan.

@Reza Taufik Siregar

Anda benar, sepatutnya soal ini tidak perlu dipertengkarkan. masalahnya maka menjadi bahan pertengkaran ialah sikap ngotot sebagian orang Batak Toba dan sebagian kecil orang Mandailing sendiri yang menganggap orang Mandailing mestlah batak, termasuk pandangan anda sendiri.

Sekedar info untuk anda, persoalan Mandailing versus Batak menjadi besar di medan pada tahun 1920-an, adalah bermula dari sikap saudara-saudara saya orang Angkola, yang semula mengaku dirinya mandailing (juga bergabung dengan organisasi sosial dan bisnis Mandailing di Medan ketika itu), kemudian mengingkari kemandailingannya dan menyebut diri Angkola. Saya kira orang mandailing waktu itu tidak ada yang memaksa orang Angkola mengaku dan menjadi mandailing, karena itu terjadi dengan sukarela. namun orang Angkola kemudian menyatakan diri sebagai orang batak, sementara orang mandailng tetap kukuh dengan pendiriannya bahwa mereka adlah bangsa mandailing, bukan bangsa batak. Bacalah sejarahnya bung.

@raja huta
Saya hanya ingin mengingatkan anda kembali bahwa ungkapan kebencian (apalgi kasar dan vulgar) sepatutnya tdk lolos dalam diskusi ini, tetapi ternyata komentar nomor 41 dan 42 anda loloskan juga. apakah karena mereka mendukung posisi anda terhadap orang mandailing ?

@ Reza Taufik Siregar

ralat dari saya: “kemudian mengingkari kemandailngannya dan menyebut diri Angkola”, yang saya maksud adalah “menyebut diri Batak”. Terima kasih

@ Lubis Singasoro

Ada apa dengan komentar nomor 41 dan 42 ? Di situ ada argumen, dan memang ada sentilan atau sindiran, tapi toh tidak memaki siapa-siapa ?

Coba Anda baca komentar nomor 19.

PS : Aku tidak ingin membangun kubu-kubuan atau polarisasi di blog ini. Kalau Anda merasa sebagai “kubu sana” silakan saja, tapi sayangnya aku dan kebanyakan pengunjung dan pemberi komentar di blog ini tidak pernah merasa “kubu sini”. Kami semua adalah manusia independen yang bicara atas keyakinan dan integritas masing-masing, bukan karena mengharapkan mendapat ringgit atau imbalan dalam bentuk lain.

@ LUBIS SINGASORO

anda berkata:
Saya kira watak hegemonik, chauvinistik dan “besar kepala” orang Batak Toba itulah pangkal dari banyak masalah yang dipertengkarkan di sini, dan itu sangat kental dari diskusi-diskusi di blog ini. Saya sangat setuju dengan bung Akbar bahwa blog ini (yang memang dimiliki orang Batak Toba) memang didesain untuk mendiskreditkan orang Mandailing.

respon saya:
Apakah orang mandailing juga tidak chauvinistik? coba liat link ini baik2 (dan HARAP DIBACA):

http://rahimtahir.tripod.com/id9.html

disitu dibilang orang BATAK berasal dari buangan Mandailing? artikel itu ditulis resmi dalam AD/ART kumpulan mandailing yang namanya LEMBAGA ADAT MANDAILING MALAYSIA.

pernah anda melihat artikel yang merendahkan ORANG MANDAILING di HKBP? GKPI?

coba lae LUBIS SINGASORO RENUNGKAN CHAUVINISTIK tersebut, baca link tersebut dan komentari

@ Singasoro

inda toho hubereng ho ale ….., argumen nami na membela lae Raja Huta unga tikkos 100%. molo adong na hurang i umgodang do di ho sandiri i.
Pada waktu pendeklarasian SUMPAH PEMUDA , seluruh utusan pemuda tiap daerah dari seluruh Indonesia menyatakan bhw kita adalah satu bangsa yakni bangsa Indonesia, satu tanah air yakni tanah air Indonesia, satu bahasa yakni bahasa Indonesia. Itu tekad para pendiri dan pendahulu negara RI ini. Bukan kebetulan bhw utusan dari pulau Sumatera saat itu adalah Jong Batak. Tidak usahlah kau berceramah marbete-bete seperti tkg ubat di pusat pasar dalam berdebat secara teori akademis atau teori marbadai. Pahamilah judul diskusi kita di atas. Ilmu bung saya akui lumayan menggoyahkan rimba tarombo paradaton akka dongan nami Batak Mandailing, alai ia ala perdebatan on gabe kuat do persatuan nami pinompar Si Raja Batak humaliang.
Ada satu lagi yang menggelitik perasaan ini, kau bilang Mandailing itu suatu bangsa ??? dimana ada bukti tsb tertulis ? Tetapi kalo kau bilang Batak adalah suatu bangsa, pendapat tsb sangat tepat krn didukung bukti tertulis di museum-museum beberapa negara di Eropa. Jadi klo kau bilg bangso Batak Mandailing , ungkapan tsb pernah saya dengar. Dan ingatlah bhw saya tdk pernah membenci atau kasar spt yang anda katakan. Anda dan Teman anda si Zulfikar Akbar yg sudah menjurus SARA yang perlu saya tegur dengan kata-kata tegas !! Tidak perlu komentar yg kasar gt spt orang yg tdk pernah mengenyam pendidikan. Klo tidak mampu berargumen dengan baik. ( lihat 19, 30 dn 36 ) mending minggir dr blog ini. Batak oleh orang-orang diluar sana dikatakan adalah sada bangso, yang memiliki tekad pantang menyerah, setia kpd tanah airnya, tidak mau menukar harga diri dengan hal-hal materialistis dan itu telah dibuktikan oleh Raja Sisingamangaraja XII menghadapi penjajahan Belanda. Pendapat anda mengatakan org-org Batak besar kepala saya tanggapin dengan jujur memang benar krn itulah ciri khas kekerenan Batak itu apa adanya. Mungkin ala ni ma adong ungkapon halak Batak yg kau bilang besar kepala itu ISE HU ROA ASA HU RIBAKKON.

@ Reza Taufik Siregar
Ndang pola mabiar laeku, inda na marbadai hami ison….. imboto lae do molo adong sada halak Batak i tor ibuat do sigaret naeng marisap , molo adong dua halak Batak pajuppang itor marcatur do, molo pungu tolu hita Batak i tor i buat do gitar laos marende Anak Medan, alai molo unga opat manang lima halak hita marpungu tor i puka ma parbadaon.
Parang diginjang sakalan ditoru molo halak Batak humaliang unang maila mangaku Batak tu ise pe

Horas ma

@ Robert Manurung.
Poin Pertama:
Perbandingan antara orang Indonesia yang bekerja di sana dengan orang Indonesia yang mengalami depresi akibat perbuatan orang Malaysia terhadap orang Indonesia itu sangat jauh.
Lebih dari 2 juta rakyat Indonesia yang secara mental dan fisik sangat menikmati kehidupan dan bekerja dalam periode yang cukup lama di Malaysia yang malah menawarkan banyak kelebihan dari pada mereka harus mengemis dibawah pemerintahan Indonesia sendiri.
Mereka menabung dan mampu membantu para anggota keluarga yang di indonesia. Tapi ini ” TIDAK ANDA NILAI”, sedangkan hal ini sangat contrast. MALAH BANYAK ORANG BATAK TOBA YANG MENGAIS REZEKI DI SANA BUNG, PAHAMI DAN NILAI ITU BAIK-BAIK .

Apakah kejadian tentang penyiksaan orang Indonesia di Malaysia mampu menjadi pelajaran berharga buat pemerintah Indonesia? Kalau dari dulu Pemerintah Indonesia disegani, maka sudah jelas Pemerintah Malaysia akan menindak dengan tegas orang Malaysia yang berani menyiksa orang Indonesia.
Ini sudah jelas-jelas menjadi tanggung jawab Pemerintah Indonesia untuk menyelesaikannya dengan belajar dan terus belajar serta mau hidup dan mati untuk rakyatnya.

Poin Kedua:
Kemampuan Malaysia yang dikatakan dengan mudah menjarah harta kekayaan alam Indonesia yang seperti anda katakan di atas sebenarnya sudah lama terjadi, tetapi anda tidak pernah menilai bahwa mereka mampu melakukan itu semua dikarenakan ada peran dari orang Indonesia sendiri yang membuat itu terjadi. ( PIKIRKAN ITU BUNG ).
Hei Bung, Malaysia tidak akan berani langsung menjarah harta kekayaan negeri orang lain jikalau semua unsur kekuatan yang di miliki Indonesia baik itu dari segi finansial maupun strukturalnya sudah hebat, tapi sekarang malah sebaliknya.

Berbangga saja sebagai Orang Indonesia tidaklah cukup tanpa anda tau sendiri bagaimana caranya mengatasi kemampuan yang dimiliki oleh orang lain serta mampu bersaing dengannya. ( Ataukah anda merasa minder untuk itu ?

Poin Ketiga:
Anda dengan mudah mengatakan bahwa Pemerintah Malaysia adalah:

Negara tetangga yang membuka perbatasannya supaya orang Indonesia masuk (apakah Anda atau sanak saudara Anda termasuk ?), lalu dibujuk menjadi warga negara sana, supaya jumlah etnis Melayu tetap unggul secara signifikan atas etnis Cina.

Na’uzubilllah Minzalik, dari segi mana anda menilai ini?
sebentar anda katakan bahwa orang Indonesia di Malaysia disiksa dan diperlakukan secara biadap, dan dilain waktu pula anda katakan bahwa Malaysia merekrut alias membujuk-bujuk orang Indonesia agar menjadi warga negara disana? “SUNGGUH PLIN-PLAN SEKALI ANDA INI SEBENARNYA”. Pantas saja Orang Mandailing melaknat orang-orang seperti anda yang taunya hanya membuat huru-hara di blog ini.
SEKALI LAGI SAYA TEKANKAN DI SINI, JIKA ORANG MANDAILING YANG MEMEGANG TAMPUK PEMERINTAHAN DI MALAYSIA ( AMIN YA ALLAH YA RABBI ), MAKA SUDAH SANGAT JELAS TIDAK AKAN SETEGA ITU ORANG MANDAILING, SEKALI LAGI SAYA KATAKAN TIDAK AKAN SETEGA ITU ORANG MANDAILING MELAKUKAN PENYIKSAAN TERHADAP WARGA NEGARA INDONESIA, SEBAB SEBAGAI ORANG MANDAILING, KAMI MERASA BAHWA KAMI ADALAH SATU, DAN SATU ITU KUAT, SILAHKAN ANDA MENJILAT LUDAH ANDA SENDIRI SUATU SAAT NANTI KETIKA HAL INI TERJADI.
DAN BERSIAPLAH UNTUK TERPURUK LEBIH JAUH KEDALAM LEMBAH KEBENCIAN DAN RASA ANTI ANDA YANG SANGAT MERENDAHKAN MARTABAT ANDA SENDIRI SEBAGAI ORANG BATAK TOBA.

Poin Keempat:

dalam doktrin TNI yang baru, negara jiran itu dikategorikan sebagai potensi ancaman nomor satu bagi keamanan nasional Indonesia. Jelas ?

“TIDAK JELAS DAN SALAH BESAR ANDA DI SINI BUNG”.
Integritas yang ada sekarang yang di miliki Indonesia sekarang ini akan tetap utuh.

Keutuhan dan kekuatan integritas tidak akan bisa sama sekali bisa di taklukkan baik oleh kekuatan Militer Malaysia maupun Militer Amerika atau Yahudi sekalipun jika Pemerintah Indonesia sanggup berkorban mati-matian buat rakyatnya.

Pengorbanan mati-matian apa yang dimaksud di sini? Pengorbanan yang bermakna ada tindakan yang sangat jelas bahwa siapapun dia jika dia adalah orang Indonesia maka dia akan mendapatkan perlindungan dalam berbagi bentuk, dan ini bukan hanya harus ditulis di atas hitam dan putih, tetapi juga harus dengan tindakan serta commitment yang kuat.

Ancaman yang paling utama dalam DOKTRIN TNI YANG TERBARU UNTUK SEKARANG INI ADALAH ” DISINTEGRASI BANGSA YANG AKAN MENUJU KEPADA PERPECAHAN SERTA KEBENCIAN YANG ADA DI DALAM DIRI ANTARA SESAMA ORANG-ORANG INDONESIA YANG DIAKIBATKAN OLEH KESENJANGAN SOSIAL YANG TERLALU JAUH DAN SEAKAN TAK KURUN MEMBAIK.

Intinya adalah Finansial. Malah TNI SENDIRI HARUS MENGIRIT HABIS-HABISAN AGAR BISA SURVIVE, SEOLAH-OLAH NEGARA INI BUKANNYA NEGARA YANG KAYA, TAPI MERUPAKAN SEBUAH NEGARA YANG SANGAT MISKIN.
TETAPI APA YANG ANDA LAKUKAN UNTUK MEMBANTU HAL INI?
HANYA OMONG KOSONG YANG TAK BERKUALITAS YANG ANDA TAMPILKAN TANPA ADA REALITAS YANG JELAS. SUNGGUH SANGAT MUNAFIK.

BERBANGGA MEMILIKI SEBUAH KESATUAN “TENTARA NASIONAL INDONESIA” SAJA “TIDAK CUKUP BUNG”. SEDANGKAN ORANG LAIN TELAH BERBUAT JAUH KEDEPAN AGAR KEMAMPUAN TNI SEMAKIN SOLID, EH ANDA MALAH TAUNYA HANYA BERKOMENTAR TANPA “ISI”.

Poin Keenam:

PS : kalau Anda memang pandai, buktikan saja. Tapi, kalau Anda hanya sibuk mengatakan orang lain bodoh, itu adalah bentuk INVERTED CONFESSION (mudah-mudahan Anda tahu artinya).

Sehebat dan sepintar apa dirimu bung?

Bagi saya: ” ANDA DAN KOMPLOTAN ANDA HANYALAH ORANG-ORANG YANG KERDIL YANG TAUNYA MEMFITNAH KESANA KEMARI DIKARENAKAN RASA ANTI ANDA YANG TERLALU BERLEBIHAN.
SEBELUMNYA ANDA BERUSAHA MEMOJOKKAN ORANG MANDAILING DAN SEKARANG ANDA MALAH MEMOJOKKAN SEBUAH NEGARA.
APALAGI RENCANA ANDA KE DEPAN? YANG JELAS TETAP DENGAN HAL YANG INTINYA TAK LEPAS DARI PENGEMBANGAN RASA ANTI ANDA YANG TAK JELAS UJUNG PANGKALNYA.
Tiadanya kesadaran yang anda miliki bahwa anda memainkan RASA BENCI YANG SUNGGUH BERLEBIHAN MEMBUAT ORANG-ORANG MANDAILING SEMAKIN MENYADARI BETAPA BERBAHAYANYA ANDA SEBENARNYA DENGAN MEMBUAT SEBUAH BERITA YANG MENYESATKAN DARI ANDA DAN KOMPLOTAN ANDA.
DAN KAMI SEBAGAI ORANG MANDAILING SEKARANG SUDAH MENGETAHUI DENGAN JELAS BAGAIMANA SEBENARNYA SIKAP ANTI ORANG BATAK TOBA YANG SANGAT IRI DENGAN ORANG MANDAILING DAN TIDAK SEGAN PULA KAMI AKAN MENAMPILKAN BERITA YANG AKAN MEMBUAT ANDA SESAK DADA.
KALAU ANDA DENGAN SEENAKNYA MENGHASUT ORANG-ORANG MANDAILING DAN ORANG BATAK TOBA DI SINI, MAKA PERLU SAYA TEGASKAN BAHWASANYA ANDA ADALAH SATU SATU DARI ORANG YANG BERUSAHA MEMBUAT PERPECAHAN DAN YANG NANTINYA AKAN MELUAS KEPADA KEBENCIAN SOSIAL DIMANA INI SENGAJA ANDA BANGUN DENGAN ADANYA ORANG DIBELAKANG LAYAR YANG MENARIK HIDUNG ANDA.

“PAHAMI ITU DENGAN JELAS BUNG” !!!

Ps: “IF YOU DO NOT UNDERSTAND IT, ASK YOURSELF WHY ??? ”.

@Robinson

Bukan nenek moyangkau yang memberikan marga kepadaku.
kau kasar, aku pun bisa jauh lebih kasar.

Abang kau mereka itu, dan bukannya ” ABANGKU “, DASAR TAK TAU IDENTITAS KAU INI YA.

Kau mau jadi Batak kek, Israel Kek, terserah kau. jangan sok hebat pula kau disini.

Diri kau itu yang masih belum sadar-sadar alias terlelap dengan
kata-kata Batak terhebat.
Jangan kau jadi bodoh hanya dengan di lapisi oleh kata-kata palsu Batak terhebat kek, keren kek.
Kalau kau mau katakan itu, katakan saja di kalanganmu.
(sama saja seperti KATAK DI BAWAH TEMPURUNG).

@ Parlindungan Sihotang.

Ketika eksistentensi kami sebagai orang Mandailing di fitnah, maka kami pun berhak memberikan pendapat, masukan dan komentar balik, sebab jika sebuah cerita yang di tampilkan oleh Robert Manurung (YANG DISINI AKU SEBUT DIA DENGAN PANGGILAH KHAS “ SI PENGHASUT” )sebagai si pembuat berita sudah menyinggung perasaan orang lain maka sudah jelas bakal ada intervensi yang akan mengimbangi, dan itu sudah pasti.
Anda seharusnya juga melihat bagaimana komentar-komentar yang sangat kasar dan sangat hina dari orang-orang Batak Toba, “ANDA MALAH HANYA TERKESAN DIAM”. cobalah anda juga berikan saran yang baik kepada mereka, jangan hanya ke satu pihak, saran yang baik akan dapat diterima, tetapi saran yang berat sebelah akan hanya jadi angin, hilang begitu saja.
SI PENGHASUT MALAH TERTAWA KETIKA MEMBACA PESAN DARI ORANG BATAK TOBA YANG LAINNYA YANG KHUSUS DITUJUKAN KEPADA ORANG MANDAILING, DIA AKAN TERUS SEPERTI INI SEBAB ITULAH NALURI SEBAGAI SEORANG PENGHASUT SEPERTI DIA, MAKA SAYA JUGA BERHAK MENYADARKANNYA AGAR YANG LAIN TIDAK MENJADI KORBAN EMPUK BAGINYA.
PESAN SAYA SEBAGAI ORANG MANDAILING KEPADA ANDA SEBAGAI ORANG BATAK TOBA SEHARUSNYA ANDA MEMBERIKAN NASEHAT KEPADA “SI PENGHASUT” AGAR BERHENTI MEMBUAT ISI BLOG YANG SANGAT TIDAK MENDIDIK INI. SAMPAI KAPANPUN ITU.
PIKIRKANLAH INI DAN LAKUKANLAH DENGAN SEGERA.

Ketidaksenangan Robert Manurung yang terlalu berlebihan dan selalu memojokkan orang Mandailing dan menempatkan rasa anti patinya yang tidak pada tempatnya dan ini akan terus mengundang kebencian yang tentunya lambat laun akan merugikan dia dan komplotannya sendiri.

HARAM BAGIKU MEMULAI SESUATU YANG JELEK, Aku akan melakukan apapun itu jika ada orang yang menjelek-menjelekkkan kaumku.
Semoga kau paham Sobat.

@ Naraja.

APA MARGA KAU, TULISKAN !!!, JANGAN KAU HANYA TAU BERKOMENTAR JELEK DI SINI TAPI KAU SENDIRI PENGECUT.

CERITA YANG SUNGGUH TAK BERKUALITAS YANG KAU SAMPAIKAN DISINI. KELIHATAN KAU INI ORANG YANG TIDAK BERPENDIDIKAN.

JAYALAH MANDAILINGKU ( AMIN YA ALLAH YA RABBI ).

@ Zulfikar Akbar Nasution
@ Lubis Singasoro

orang Mandailing MALAYSIA pun punya perasaan superioritas dengan mengatakan Batak bangsa buangan dari Mandailing ini ditulis sebagai sejarah resmi di Lembaga Adat Mandailing Malaysia, ini linknya coba lae Zulfikar and lae LUBIS SINGASORO BACA:

http://rahimtahir.tripod.com/id9.html

aku rasa, kita harus menuntut para pengurus Lembaga Adat Mandailing Malaysia ini, atas tulisan sejarahnya yang merendahkan suku Batak. bayangkan setiap anggota LAMA didoktrin bahwa Batak itu turunan budak, kasar, tak tau aturan, dan diteruskan pandangan ini ke keturunannya dan dilegitimasi pula didalam makalah.

bagaimana tanggapan anda lae Zulfikar? apakah anda juga termasuk anggota LAMA?

Curhat nih ceritanya, Lae Zulfikar Akbar Nasution? Bisa diterima akal sehatku uneg2 Lae, itu…selanjutnya, Lae Manurung pemilik blog ini, kasihilah sesama manusia, kasih tempat buat orang Mandailing curhat, memang sudah harus berbeda kayaknya pilihan Lae-lae parmandailing di atas, sama kayak Abraham dan Lot saat memilih tempat tinggal, Lot yang termuda memilih berada di sebelah timur Sungai Yordan, bapa Abraham mempersilahkan selama memang itu pilihan nurani ponakannya itu. Yang penting di sini, kita semua bersaudara dalam payung warga dalihan natolu, horas2 ma di hita sude. Jangan sampai pecah kita ini (Ya Allah ya Tuhanku, kuasailah kami dengan kuat kuasa RohMu)….TOBA YES, MANDAILING YES JUGA, bukan begitu lae2ku par Mandailing?

@ Zulfikar Akbar Nasution

Songon sipaingot ni ompunta,tampakna do rantosna, rim ni tahi do gogona. Kekuatan kita adalah kebersamaan kita. Let’s declare to the world JAYALAH MANDAILING ! La tahzan, innallah ma’ana. Salam. Horas tondi madingin, pir tondi matogu

@ Lubis Singasoro

Lubis Sinagsoro said :

Saya kira watak hegemonik, chauvinistik dan “besar kepala” orang Batak Toba itulah pangkal dari banyak masalah yang dipertengkarkan di sini, dan itu sangat kental dari diskusi-diskusi di blog ini. Saya sangat setuju dengan bung Akbar bahwa blog ini (yang memang dimiliki orang Batak Toba) memang didesain untuk mendiskreditkan orang Mandailing.

Commentar saya :

Apakah saudara sudah membaca http://rahimtahir.tripod.com/id9.html. Apa tanggapan anda mengenai itu?

Kebanyakan dari kalian itu bicara sedikit-sedikit orang Toba bisa meng-klaim ini dan itu karena bantuan Belanda. Begitu juga dengan arti Batak itu sendiri. Nama Batak itu sudah lama ada, sebelum ada nama Mandailing, tetapi anda dan kawan2x Mandailing bilang karena pengaruh Balenda atau karena sudah di Kristen kan oleh orang Belanda. Sedikit-sedikit kalian bilang kami Kristen karena Belanda. Salah besar bung. Kristen masuk 10 tahun sebelum Belanda masuk ke pedalaman Batak. Sejarah membuktikan. Itu pun hanya di sekitar Silindung. Tidak mudah mengajarkan agama baru kepada penduduk pedalaman yang sudah memiliki kepercayaan leluhur.

Tidak demikian dengan masyarakat Mandailing, yang mayoritas Islam karena pasukan Padri. Ada apa dengan padri? apa yang mereka bawa ke pedalaman Mandailing sampai ke Sipirok?
Oke lah jika sebagian Mandailing sudah Islam karena berbatasan langsung dengan daerah Pasaman. Ini kok bisa semua berubah Islam dalam waktu hampir bersamaan? tanda tanya dong.

Jarak dari Muara Sipongi sampai Sipirok itu jauh sekali bung. Apalagi jaman dahulu ketika transportasi mobil dan motor belum ada. Kenapa mereka bisa berubah agama nya begitu drastis? ini kah yang kalian banggakan dari pasukan Padri itu?

Saya katakan disini karena sebelum nya di singgung karena kami diajarkan oleh Belanda tulis-menulis, karena kami Kristen. Belanda tidak pernah mengenalkan agama Kristen di Toba dan sekitar nya. Justru misi Kristen lah yang duluan masuk ke pedalaman dengan melalui 2 orang misionaris, namun gagal, terbunuh, jadi santapan orang2x pedalaman. Baru yang ketiga kali nya misionaris berhasil masuk.

Tidak seperti kalian yang di lakukan secara paksa oleh pasukan Padri. Meskipun para panglima dan pasukan Padri itu masih satu rumpun dengan kalian. Tetapi sudah dicuci otak nya agar membunuh kaum kafir seperti Imam Samudra dkk demi membawa agama. Dan tujuan akhir nya pun untuk meng-islamkan masyarakat Batak pada umum nya. Mauk akal yang saya ceritakan diatas. Jarak dari Muara Sipongi sampai Sipirok itu jauh. Bagaiman mungkin mengajari nya untuk beralih agama dalam waktu yang singkat jika tidak ada tekanan.

Sejarah membuktikan bung. Tetapi kalian tetap saja bangga dengan kaum Padri itu sendiri. Pemimpin nya saja menyuruh membunuh, apakah tidak sesat ajaran seperti itu?

@ Zulfikar Akbar Nasution

Sengaja aku tak menanggapi komentarmu yang emosional untuk memberi kesempatan kepada para pengunjung blog ini menilai dengan tenang, tanpa terpengaruh oleh tanggapanku.

Alasan yang kedua, maaf, komentar Anda yang panjang lebar hanya menunjukkan betapa Anda tidak mengerti semua yang Anda katakan. Anda tidak memiliki pengetahuan yang cukup, bahkan mengenai Malaysia pun ternyata banyak yang tidak Anda ketahui.

Inilah tanggapanku untuk Anda :

1. Anda membela kejahatan Malaysai mencuri kayu Indonesia dengan mengalihkan pokok masalah pada kelemahan Indonesia menjaga wilayahnya. Ini MORAL HAZARD yang benar-benar parah. Entah ukuran moralitas apa yang Anda gunakan sehingga kejahatan PENCURI menjadi boleh dibenarkan dengan dalih yang punya harta lengah menjaga hartanya. Ck ck ck…..

2. Kalau saja Anda cukup pengetahuan mengenai Malaysia, Anda seharusnya tahu bahwa sejak tahun 80-an negara jiran itu menerapkan strategi buka-tutup terhadap masuknya pekerja asing. Pada zaman PM Mahattir, Malaysia pernah membuka selebar-lebarnya perbatasannya bagi TKI (ini yang kemudian menjadi warga negara Malaysia), namun pada periode berikutnya setelah mendapat protes dari warganya pemerintah Malaysia beberapa kali terpaksa mengusir para pekerja asing termasuk TKI. Silakan Anda pelajari sejarah masuknya TKI di Malaysia, barulah kita boleh diskusi soal ini.

3. Pada dasarnya Anda salah mengerti mengenai perbandingan agregat ekonomi Indonesia dan Malaysia. Negara jiran ini hanya kurcaci dibanding Indonesia. Masalahnya di Indonesia korupsi lebih parah dibanding Malaysia dan jumlah penduduknya jauh lebih banyak.

4. Anda terlalu meremehkan kemampuan TNI, seolah-olah kekuatan militer sebuah negara hanya ditentukan oleh faktor finansial. Biar bagaimanapun tak mungkin TNI dikalahkan oleh tentara Malaysia. Mimpi aja kamu. Ingat sejarah kawan. Indonesia merebut kemerdekaan lewat perjuangan, sebaliknya kemerdekaan Malaysia adalah pemberian Inggris.

5. Tak perlu kutanggapi komentar ANda yang dengan ngawur menuduhku anti Mandailing, karena kenyataannya aku bersahabat dengan banyak orang Mandailing. Hasutan Anda terlalu vulgar, emosional dan memaksa, sehingga para pengunjung blog ini tak mungkin terpengaruh.

Akhir kata, terima kasih Anda sudah memberikan komentar di blog ini. Silakan terus memberi komen, pasti akan kuloloskan kalau tidak memaki orang lain. Tapi aku tak akan menanggapi lagi komentar-komentar Anda berikutnya, kecuali kalau Anda sudah lebih menguasai permasalahan dan lebih santun.

Horas.

Sebuah pelajaran berharga bahwa darah tidak lebih kental dari oli hehehe.

Ketidakinginan sebagian orang Mandailing disebut Batak adalah karena AGAMA.

Agama Islam membentuk image bahwa pemakan babi dan anjing dan peminum tuak itu menjijikan dan najis.

Padahal pola pikir yang sama tidak kita terapkan ketika memandang: poligami, menikahi anak dibawah umur, Taqiya (berbohong yg diperbolehkan dalam ajaran islam), diskriminasi (pelarangan non muslim jadi pemimpin muslim), bahwa halal untuk membunuh kafir yang melawan padahal kita diajarkan untuk mengasihi musuh, dll, dlsb.

Sadarlah saudara2ku, bahwa musuh persatuan bangsa Batak adalah perasaan superior muslim thd non muslim.

@ Zulfikar Akbar

Kau Zul jangan emosi gitu ngasih komentar…. ….. , kasihan aku lihat orang seperti kau, yang mengumbar kata-kata/ kalimat yang merendahkan kaummu sendiri. Seperti omak-omak di onan kau kulihat marbete-bete bicara kesana kemari. Masak otak ditaruh didengkul gitu. Lihatlah wacana yang digulirkan lae yang punya blog ini, menggalang persatuan suku Batak dimanapun untuk persatuan Indonesia yang kokoh dan berdaulat. Ada aksi ada juga reaksi tetapi harus disertai dengan pendapat yang tegas tanpa lari-lari ke SARA!!! Koq kau bilang pula mau Batak kek, mau Israel kek , maksudmu kemana arahnya? Aku Bangsa Indonesia suku Batak, dan itu terpatri didadaku hingga akhir hayatku…. tapi kalau kau bilang Batak itu sama dengan Israel ya sama-sama keras kepala dan sama-sama menjadi umat pilihan, imamat rajani kepunyaan Tuhan sendiri., itu sangat betul. Tidak pernah kurasa aku bodoh dalam mengakui keBatakanku, tapi entahlah sebaliknya kau dengan pendapatmu yang picik itu.

Satu lagi hal kumeragukan nasionalismu, yang bersikap skeptis kepada pemerintahmu sendiri dalam menangani TKI di Malaysia? Apapula perasaan mu yang bersikap mengecilkan peran TNI dalam hal-hal hubungan diatas.

Jangan mengira aku terprovokasi spt komentmu dengan masuk kubu ini melawan kubu yang satu. Tetapi satu yang kutahu bhw Batak tidak pernah basa basi dengan suatu persoalan yang di hadapin Bangsa ini. Jayalah Indonesia dan bersatulah semua suku Batak di BONA PASOGIT TERLEBIH YANG ADA DI PERANTAUAN. Kalau kau tidak pernah merasa sebagai suku Batak kenapa harus marah jikalau ada saudara-saudara dari Mandailing mengaku sebagai bagian dari Batak. Aku tidak pernah ketemu dengan lae yang punya blog ini, tetapi wacana yang digulirkan kurang lebih dapatlah membangkitkan semangat Nasionalis Kebangsaan kita.

Kami beberapa tahun lalu telah berpartisipasi dalam kemanusiaan saat bencana Tsunami Di Prov Aceh, ikut rehabilitasi penghijauan di Sumbul Dairi, bakti kemanusiaan gempa, NGO di Nias, itulah bukti bhw kami tidak tong kosong dlm mengatasi kehidupan karya nyata di Indonesia ini, bukan spt yang kau bilang itu.

Jadi cantik maen kau sedikit…. Kita pererat tali silaturahim , jangan seperti kau bilang lae Raja HUta memecah blok di Blog ini

Syalom

Macam bisa sajalah si Lae Zulfikar Akbar Nasution itu memimpin bangsa dan negara ini dengan mudahnya, makanya dia seperti merendahkan kemampuan pemerintahnya sendiri. Sabang sampai Merauke itu diperjuangkan dengan darah dan air mata, lalu lalangnyapun mungkin bisa 7 x lipat jauhnya dibanding Malaysia sana. Toh penduduknya bisa bersatu meski tertatih-tatih namun tetap tegar sebagai bangsa, cobalah lihat Malaysia, sempat sampai kini dilanda krisis indentitas karena ada yang Melayu, Chinese, dan India, belum lagi orang-orang Dayak, mereka tidak sempat ber-Sumpah Pemuda ala Indonesia. Andai PM Malaysia memimpin Indonesia yang super heterogen ini, pastilah dia juga akan sangat kesulitan. Yang penting di sini, Pemerintah atau TNI, atau siapa saja, sudah berdedikasi tinggi memecahkan berbagai persoalan, apakah Lae Nasution itu sudah turut berpartisipasi di bidangnya atau kampung halaman? Kalau sudah, mauliate ma tu Tuhan i, jadi ga asal cakap Lae dengan kritikan Lae itu untuk negara sendiri. Di kampung kami di Pakkat sana, Islam dan Kristen saling masiurupan membangun kampung halaman, itulah keindahan Batak Toba, mudah2anlah di kampung Lae Nasution dan Lubis yang berbangga ria sebagai Mandailing itu toh nilai kemanusiaanmu tidak luntur kepada kaum minoritas atau halak Batak Toba di sana. Kita tinggal di bumi yang sama, sama-sama keturunan spesies manusia, dan adat dalihan natolu yang sama, mari bung rebut kembali…..

ANDA MENULIS:
Situasi yang sedang memanas ini tiba-tiba mengingatkanku pada “perang persepsi” yang dilancarkan oleh orang-orang yang mengaku peranakan Mandailing di Malaysia, yang dipelopori oleh orang bernama Abdur Rozak Lubis.

TANYA:
Apa alasan anda mengatakan bahwa itu adalah “perang persepsi”?

QUOTE
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh sarjana atau pakar Barat seperti Harry Parkin dan Uli Kozokh (googling saja bukunya di google book), dapat diketahui bahwa Surat Tulak-Tulakdari Mandailing merupakan asal mula dari aksara etnis lainnya yang terdapat di sebelah utara Mandailing. Dengan kata lain, Surat Tulak-Tulak dari Mandailing tersebar ke arah Utara sampai ke Dairi.
(Artinya “Mandailing” baru “Batak”, dari sisi kebudayaan)

@ Ompu Baragas

Dalam segi bahasa dan aksaranya memang disimpulkan bahwa surat tulak-tulak bermula dari wilayah Mandailing, inilah yang dinamakan dengan ilmu linguistik. Namun tidak pernah di twmukan penafsiran dari segi ilmu apapun bahwa pengertian Batak adalah hanya Toba, hanya Simalungun, dll.. mengapa para peneliti mengelompokan beberapa etnis seperti Toba, Simalungun, Angkola, Mandailing, Dairi, Karo, Pakpak kedalam sebuah grup suku besar bernama BATAK? Karena masing2 etnis disana memiliki suatu dasar kesamaan yang kuat satu sama lainnya, termasuk dalam segi tulisan seperti yang anda bilang.

Coba anda buktikan sendiri dengan membandingkan masing-masing tulisan misalnya Toba, Mandailing, Karo.. dan coba bandingkan tulisan Jawa dengan Mandailing, Toba, Karo..

Menurut saya yang menjadi krisis identitas adalah penolakan sebagian orang Mandailing disebut Batak yang padahal Batak sendiri adalah kumpulan etnis (batak Toba, Batak Angkola, Batak Simalungun, Batak Mandailing, dll).. bukan mana duluan Mandailing atau Toba. Tidak ada paksaan untuk menganggap orang Toba duluan atau orang Mandailing duluan… karena belum ada penelitian yang membuktikan hal tersebut, namun sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa beberapa etnis di Sumatera Utara memiliki dasar kesamaan budaya, tulisan, bahasa sehingga mereka dikelompokan dalam satu grup besar bernama BATAK.

Kenapa kita harus mau memisah-misahkan diri, lari dari kenyataan.. itulah mengapa sebelum sumpah pemuda berbagai persatuan kepemudaan saling kompak menjada persatuan bangsa, betapa banyak tokoh dari Mandailing yang memperjuangkan Jong Batak demi keutuhan bangsa dan negara..

Tak payah perang. Itu semua kerja bodoh. Kapal yang masuk perairan tu bisa di tarik balik. Boleh berunding. Saya ada 50 orang perkerja dari Indonesia yang baik-baik mau kerja cari makan untuk menyara keluarga dikampong. Mereka suka tinggal dan kerja disini dengan aman. Malaysia dianggap juga sebagai kampong halaman mereka. Itu orang yang berdemo di Jakarta gak tahu apa yang dilakukan mereka sendiri. Mungkin dibayar upahan RM5 untuk membakar Jalur Gemilang…ah bodohnya.

marilah kita sama2 bersatu menjaga, memelihara budaya kita yang kita cinta ini, masalah batak utara selatan itu karena letak geokrapisnya saja, saya asli dari sipirok, saya bangga menjadi orang batak, indonesia lagi, salam damailah tapanuli.

NASIONALIS
UNI INDONESIA
UNI BATAK
tidak mau di kotak kotaki
sama sama BATAK

“Mandailing adalah Batak, alasan mereka tidak mau disebut Batak tidak lain salah satu sebabnya adalah karena Batak pada umumnya didominasi oleh pengaruh Kristiani (agama Kristen) sehingga Mandailing yang mayoritas Islam menolak untuk disamakan menjadi Batak.”

Marasudin Lubis, 82 tahun : “Pada zaman itu semua marga dihapus biar penjajah tidak mengetahui suku kita,itu dibuat biar persatuan diantara suku Batak hilang.”

Ummu Salmah Harahap, 85 tahun : “Saya bangga jadi orang Batak, karena semua suku di Sumatera Timur (Sumatera Utara) kan juga orang Batak, walaupun orang itu mau Karo, Toba, Mandailing.”

@ Ompu Baragas:

he he he bodohnya kaw mpung dalam menarik kesimpulan… maaf yah pung, kebenaran harus saya sampaikan kalau ompung benar2 benar bodoh..untuk aku bukan cucu ompung yah… keh keh keh

@ Zulfikar

Kami dari kumpulan LSM Sumatera Utara telah ikut berpartisipasi dalam meringankan penderitaan para saudara/i di Mandailing Natal saat banjir bandang tgl 18 September kemarin. Begitu banyak bantuan yang sangat diperlukan oleh para korban di sana. Jadi tidak ada kesukuan dan agama dalam misi kami disitu. Kami datang karena rasa kemanusiaan dan rasa kasih dengan sesama. Kami yang pertama datang karena kami adalah tetangga yang paling dekat dengan saudara/ i di sana. Tidak satupun orang Mandailing disana menanyakan apakah kami orang Batak atau tidak. Karena kami melayani karena kasih. Catat itu…

Untuk pengetahuan kamu semua, filem dokumentari tersebut dibikinin oleh Perusahaan KRU Studios bukan Pemerintah Malaysia dan editting by Perusahaan Discovery Channel (Singapore).

Perusahaan yang untung dan kita semua berperang ! Cuba pikiran

http://www.murai.com.my/article/default.asp?article_id=4736&c=1&s=1

KRU Studios perjelas isu kontroversi ‘Enigmatic Malaysia’

Tinggalkan komentar

Blog Stats

  • 761.301 hits

Arsip